ASAL-USUL PENGGAWA LIMA (CIKAL BAKAL KRUI)
(BERDIRI DENGAN SENDIRI BERKEBUAJAN BUAIJ PEMATU)

Pada abad lampau, adalah sekaum orang Djawa , yang berasal dari
Banten dikepalai oleh Pangeran Tanda Jaya berjalan pergi
mengembara ke tanah seberang pulau Djawa, yang sekarang
disebut Sumatera, yang mana maksud dan tujuan mereka itu akan
pindah dari Banten ke tanah Sumatra, mereka ini menyebrang
lautan dan berjalan menuju tanah Bengkulu, setelah mereka sampai
di Bengkulu, kebetulan Bengkulu bertakluk kepada Raja
Pagaruyung maka Pangeran Tanda Jaya tidak merasa senang akan
bernaung dibawah kekuasaan Raja Pagaruyung, lalu mereka itu
kembali ke Banten, kemudian beliau wafat di Banten.

TAMANGGUNG TANAH JAYA
Setelah ayah Tamanggung Djaya wafat, beliau ini menggerakkan kembali kaumnya, supaya melanjutkan niat dan maksud ayahnya almarhum, yaitu akan pindah dari Banten ke seberang pulau Djawa, setelah siap berangkatlah mereka itu dan menyebrang berjalan menuju Bengkulu, sampai di Bengkulu mereka berhenti
melepaskan lelah, kemudian melanjutkan lagi perjalanannya, setelah beberapa lama perjalanan itu sampailah mereka kesuatu tempat, yang mana tempat itu mereka namakan RANTAU NIPIS, maka di Rantau Nipis ini tertarik hati mereka akan tempat kediaman sampai kepada anak cucunya nanti, terutama melihat keadaan tanahnya luas, dan subur juga tak ada manusia lain yang ada disitu, kemudian baru mereka membuka tanah yang seluasluasnya untuk berkebun, dan bercocok tanam, di Rantau Nipis itu, mereka mendirikan pula satu tempat Perumahan Pemimpin mereka bernama TAMANGGUNG TANAH JAYA, tempat beliau itu
dinamakan PANTAU. Setelah lama bertahun-tahun mereka menetap disitu, segala macam hasil tanam-tanaman mereka telah berbuah dan berhasil, barulah mereka mengetahui bahwa agak jauh
dari tempat mereka itu sudah pula satu kaum orang MAKEKAU, yang telah jauh lebih dahulu dari mereka mendiami dan menetap disana, pertama-tama diketahui karena hasil-hasil kebun mereka bekas kena curi, dan pernah rumah mereka juga kena bongkar oleh pencuri, selama ini terjadi disangka adalah perbuatan salah satu dari kaumnya sendiri, setelah Tamunggung Tanah Jaya mengatur penjagaan yang serapi-rapinya guna keamanan mereka, disitu telah tertangkap 5 orang yang mengaku orang-orang Makekau, sehingga
orang itulah sebagai petunjuk jalan menunjukkan tempat perkampungan mereka sendiri, begitu pula dari fihak Makekau itu, baru saja mengetahui bahwa ada lagi bangsa lain yang mendiami tanah yang mereka tak sangka didiami oleh manusia lain selain
dari mereka sendiri. Maka mulai dari itu waktu rakyat Pantau
merasa merasa gelisah, karena bertambah sering terjadi pencurianpencurian
dan gangguan-gangguan dari orang-orang Makekau
kemudian terjadi pula perampokan-perampokan, sejak itu di
Pantau diatur penjagaan siang dan malam, sehingga maksud jahat
orang dari luaran tak sampai tetapi sering pula mereka itu berbuat
nekat, sehingga terjadi perkelahian-perkelahian yang seru, dan ada
kalanya membawa korban jiwa, oleh Tamanggung Tanah Jaya
diusahakan perdamaian dengan pemimpin-pemimpin mereka agar
hal yang semacam itu dapat dihalang-halangi, tetapi hasilnya tidak
ada. bahkan gangguan-gangguan semakin hebat dari pihak
Makekau itu, begitulah kejadiannya sampai berpuluh-puluh tahun,
setelah Tamanggung merasa dirinya telah tua, maka sebagai
pemimpin di Pantau Rantau Nipis diserahkannya kepada anaknya
bernama RATU BUKANDUK UJAU.
RATU BUKANDUK UJAU
Kemudian Tamanggung Tanah Jaya geringlah(sakit), dan tak lama
kemudian beliau itu wafat dan dikuburkan di Pantau Rantau Nipis,
maka Ratu Bukanduk Ujau selalu tak lepas dari perhatiannya
melihat gelagat suasana tempat kediaman mereka itu, yang selalu
dapat gangguan dari pihak Makekau, oleh karena berulang-ulang
kejadian perkelahian bahkan sering secara besar-besaran bertempur
rakyatnya melawan orang-orang Makekau . maka Ratu Bukanduk
Ujau mengambil kebijaksanaan supaya rakyatnya mau turut akan
pindah saja dari tempat itu, maka mufakatlah mereka akan pindah
ketempat yang agak aman, lalu mereka sekalian berangkatlah
meninggalkan tanah Rantau Nipis berjalanlah menuju tanah yang
baru, yang tanah mereka yang mereka setujui itu dinamakan
SELIPAS, dan disanalah mereka itu membuka hutan membangun
perkampungan mereka, dan mereka membuatkan pula untuk
pemimpin mereka, tempat kediaman pemimpin mereka itu,
dinamakan Pantau pula karena tampat mereka di Rantau Nipis dulu
bernama PANTAU dan Pantau Selipas ini mulailah mereka
kembali mengantar dan membuka tanah seluas-luasnya untuk
pertanian mereka, mereka mulai bercocok tanam dan menanam
padi dan disini mereka baru merasa senang karena tak ada
gangguan-gangguan begitulah mereka berharian bergiat dengan
sungguh-sungguh menanam tanam-tanaman sehingga tidak terasa
bagi mereka itu berjalan puluhan tahun disana, oleh karena
gesitnya mereka bekerja baik laki-laki maupun perempuannya,
maka hasil jerih payah mereka itu berlimpah-limpahlah, sehingga
kedengaranlah beritanya kemana-mana, sejak itu berdatanganlah
orang-orang dari mana-mana menumpang makan, mengadakan
tukar menukar barang, terutama orang datang berbondongbondong
dari kerajaan Sukau. Begitulah setelah Ratu Bukanduk
Ujau tak sanggup lagi menjadi Pemimpin karena tuanya lalu
sebagai pemegang pimpinan diserahkan kepada anak beliau
bernama RAJA PEMUKA SANGUN GURU.
RAJA PEMUKA SANGUN GURU
Begitulah setelah pimpinan berada di tangan Raja Pemuka Sangun
Guru, dan kemakmuran di Pantau sedemikian rupa, juga rakyatnya
telah begitu penuh, disebabkan banyak sekali orang yang datang
dari Kerajaan lain menyerahkan diri masuk menjadi rakyat Pantau,
maka beliau ini msngumumkan bahwa PANTAU SALIPAS
ADALAH SATU KERAJAAN yang mana beliau yang menjadi
Rajanya, maka sejak itu tersiarlah kemana-mana bahwa telah ada
satu Kerajaan bernama Pantau, yang Rajanya bernama Raja
Pemuka Sangun Guru. Disitulah letaknya orang-orang yang datang
dari mana-mana masuk menjadi rakyat Kerajaan Pantau dengan
setianya, karena tertarik oleh hasil kemakmuran kerajaan bernama
Pantau, yang Rajanya bernama Raja Pemuka Sangun Guru.
Disitulah letaknya orang-orang yang datang dari mana-mana
masuk menjadi rakyat Kerajaan Pantau dengan setianya, karena
tertarik oleh kemakmuran hasil pertanian di tanah Salipas.
Kerajaan Pantau berhubung dengan itu penuh sesaklah Kerajaan
Pantau didatangi pedagang-pedagang dari jauh dan dekat sengaja
untuk menyabung ayam, berjudi dan lain-lain sehingga menjadi
bandar yang ramai sekali. Setelah Raja Pemuka Sangun Guru
merasa dirinya telah tua, maka untuk menggantikan Keraaan
Pantau, diserahkan beliau kepada anak beliau bernama RATU
MALAKA yang telah dewasa dan tak lama dari itu beliau pun
wafatlah di Pantau Salipas.

RATU MALAKA

Di zaman Ratu Malaka ini, beliau meneruskan pekerjaan ayahnya,
dan mengatur Pemerintahan dalam Kerajaan Pantau dengan
bijaksana, begitu pula tentang pertanian rakyat beliau tak segansegan
bersama-sama rakyat membuka hutan menjadikan
perkebunan dan bercocok tanam, sehingga hasil kemakmuran
petanian dikala itu tak kalah dengan kemakmuran di zaman
ayahnya almarhum. Maka Tuhan Yang Maha Kuasa yang
mengendalikan alam semesta, pada suatu masa dengan secara tibatiba
datanglah beberapa utusan dari Kerajaan Sukau**,yang mana
kedatangan mereka itu untuk menyampaikan maksud Raja Sukau,
ialah meminta supaya Kerajaan Pantau Salipas untuk tunduk
dibawah naungan Raja Sukau begitulah kabar yang disampaikan
oteh utusan Raja Sukau itu. Mendengar kabar yang disampaikan
oleh utusan Raja Sukau itu, beliau pun marah dan memberi
jawaban pada utusan tersebut bahwa maksud Raja mu itu tidak
dapat diterima oleh Kerajaan Pantau, dan Kerajaan pantau tidak
segan walaupun terjadi peperangan, demikianlah sebagai jawaban
Ratu Malaka, kemudian Ratu Malaka menghimpunkan sekalian
Panglima-Panglimanya dan sekalian Hulubalang-hulubalangnya
serta rakyat sekalian, beliau menyampaikan sepanjang maksud
Raja Sukau tersebut dan menerangkan pula jawaban dari beliau,
mendengar hal itu semua yang hadir naik darah malah mereka
sekalian itu ingin berperang sekarang-sekarang juga. Begitu pula
raja Sukau setelah mendengar menolak dari Raja itu, beliaupun
sangat murkanya dan segera mendengar sidang musyawarah untuk
menyerang Kerajaan Pantau, tetapi dalam mereka berunding itu
ada diantaranya yang bijaksana, mengatakan dari pada kita
menumpahkan darah secara besar-besaran lebih baik kita mengatur
**
Jadi bersamaan dengan Piagam Sukau dalam masa pemerintahan Abdul Mahasin Muhammad Zainal Abidin tahun 1690 -
1733. Jadi piagam ini berangka tahun 1102 H atau kira-kira tahun 1691 M. Dengan demikian piagam ini dikeluarkan pada masa
pemerintahan Sultan Abdul Mahasin Muhamad Zainal Abidin (1690- 1733). Pada piagam Sukau jelas berangka tahun 1104 atau
kira-kira tahun 1695. Hanya saja piagam ini ditulis dengan huruf Lampung dan memakai bahasa Jawa Banten. Dari buku:
SEJARAH DAERAH LAMPUNG,PROYEK PENELITIAN DAN PENCATATAN KEBUDAYAAN DAERAH PUSAT
PENELITIAN SEJARAH DAN BUDAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 1977 / 1978
siasat lain, sehingga mereka (Pantau) dapat kita tundukkan,
mendengar itu Raja Sukau setuju, kemudian dipilihlah beberapa
banyak orang dari Pahlawan-Pahlawan yang pintar-pintar
bijaksana disuruh menyelundup sebagai rakyat jelata, masuk dan
pindah ke Kerajaan Pantau.
Begitulah diperbuat oleh orang-orang yang dipilih Raja Sukau itu,
tugasnya menyusup masing-masing mulai dijalankan, maka oleh
Kerajaan Pantau semua itu diterima menjadi rakyat, dan rakyat
Pantau tak mengira mereka akan berbuat semacam itu, setelah
mereka melakukan tugasnya maka terjadilah perpecahan dan
kekacauan dalam Kerajaan Pantau, mangkin hari mangkin
bertambah-tambahlah kekacauan dan perpecahan itu, terutama
banyaklah diantara yang berpengaruh mendapat sogokan berupa
mas dan perak asal saja mereka melakukan pertentanganpertentangan
dalam Kerajaan. Setelah sekian meruncingnya
perpecahan dan kekacauan antara mereka dengan mereka sendiri,
lalu Ratu Malaka mengambil keputusan bahwa Kerajaannya perlu
dipindahkan ketempat lain kemudian dihimpunlah sekalian rakyat
dan Hulubalang-hulubalang serta Pahlawan-Pahlawan yang setia
padanya, dan diterangkan sebagaimana maksud hatinya itu,
beliaupun mendapat sokongan yang kuat, maka diutuslah beberapa
orang mencarikan suatu tanah yang luas tempat akan
memindahkan Kerajaan itu, setelah utusan itu kembali memberikan
laporan bahwa ada suatu tanah yang luas yang dapat mendirikan
Kerajaan yang tidak ada orang yang mendiami tempat yang telah
ada itu, maka sekalian rakyat tua dan muda bekerja keras
mengangkut segala macam barang-barang mereka dibawa pindah
ketempat yang baru.
Oleh mereka tanah yang baru dinamakan Kota Besi. dan nama
Kerajaan tetap dinamakan Kerajaan Pantau, maka ditempat itu lalu
mereka membuka hutan, kemudian membangun perkampungan
dan membangun kediaman Kerajaan, berbulan-bulan lamanya
mereka itu membangun siang dan malam dengan tak merasa telah,
sehingga selesailah sudah pekerjaan mereka itu dan barulah
mereka merencanakan membuka hutan seluas-luasnya membuat
kebun-kebun dan menanam padi serta bercocok tanam, begitulah
Ratu Malaka bekerja keras mengerahkan sekalian rakyatnya
mengatur pertanian, setelah pekerjaan mereka itu berjalan
bertahun-tahun lamanya, maka kembalilah kemakmuran rakyatnya
sebagai mana mereka berada di Salipas dahulu, bahkan lebih-lebih
dari situ, karena Ratu Malaka tahu bahwa semuanya akan hancur
kalau pertanian rakyat diabaikan, maka dari itulah beliau
memegang teguh sebagai amanat almarhum ayahnya dahulu.
Maka setelah hasil pertanian di Kerajaan Pantau berlimpah-limpah
terkenallah Kerajaan Pantau, dan berdatanganlah orang-orang dari
mana-mana menadah dengan jalan tukar menukar atau membeli,
juga tak kurang-kurangnya orang-orang datang ingin sengaja
membuka tanah perkebunan pindah menjadi rakyat Kerajaan itu,
dan kedengaranlah dari jauh beritanya di Kerajaan Pantau ini,
begitulah kalau Tuhan menghendaki yang mana tidak disangkasangka
tanah hutan belantara ini akan menjadi tempat kerajaan
yang sedemikian makmurnya, sehingga disitu telah ada satu
Bandar tempat mereka menyabung ayam dan berjudi, begitulah
pekerjaan orang di zaman itu, karena dizaman itu orang-orang
belum mengenal kemajuan seperti dizaman sekarang, bahkan
Agama Islampun belum sampai kepada mereka, keadaan diwaktu
itu masih zaman kedewa-dewaan, zaman tarak tapa dan lain-lain.
Adapun Ratu Malaka mempunyai seorang anak yang tertua
bernama LUMIJA RALANG yang telah dewasa, setelah Ratu
Malaka merasa dirinya tua dan tak sanggup lagi menjalankan
pemerintahan di Kerajaannya, lalu diserahkannyalah kepada
anaknya tersebut. Kemudian tak lama dari itu Ratu Malaka mulai
mengasingkan dirinya dari Kerajaan.
LUMIJA RALANG
Demikian pulalah Lumija Ralang pada setiap waktunya selalu
membangkitkan semangat rakyat supaya berlomba-lomba
memajukan pertanian masing-masing baik laki maupun perempuan
semua dikerahkan bekerja bersama-sama dengan gesitnya
memperhebat pertanian dimasa itu selalu diperkampungan lengang
tidak ada orang melainkan hanyalah anak-anak kecil yang tinggal
dirumah masing-masing oleh karena itulah Kerajaan Pantau di
Kota Besi menjadi makmur dan dikenal orang-orang dekat dan
jauh. Begitulah kejadian alam ini selalu berputar dan berobahrobah
maka pada suatu hari datanglah utusan dari Kerajaan
Belalau†† meminta supaya Kerajaan Pantau harus dibawah
naungan Kerajaan Belalau sebagai reaksi dari Kerajaan Belalau
supaya dialah melindungi Kerajaan Pantau dari serangan Kerajaan
lainya mendengar kabar yang disampaikan oleh utusan Raja
Belalau , Lumija Ralang sangat marahnya ,dihimpunkan sekalian
Hulubalang-hulubalangnya dan Pahlawan-pahlawanya sekalian
beliau menerangkan sepanjang maksud Raja Belalau itu, maka
sekalian yang hadir pun tak tertahankan amarahnya mereka, dan
mereka bersiap akan berperang melawan Kerajaan Belalau itu,
maka utusan disuruh pulang kembali dan sebagai jawaban oleh
Lumija Ralang, bahwa Kerajaan Pantau tidak akan mau dijajah
oleh Kerajaan lain, dan akan tetap berdiri sendiri, juga kami dari
Pantau tidak akan menolak walaupun akan terjadi peperangan,
demikianlah jawaban dari Pantau. Tetapi disamping itu sedang
Lumija Ralang meluap-luap amarahnya, beliau itu mendapat
pemikiran yang agak lain pula, beliau memikirkan kalau disuatu
tempat tidak mempunyai sawah yang tetap untuk menanam padi
pada setiap tahunnya, akhirnya tentu akan runtuh juga, setelah
dipikir di ulang-ulangi ilham yang beliau dapati itu, lalu beliau
mengumpulkan sekalian Pahlawan-Pahlawan, Hulubalang-
Hulubalang, rakyat yang terkemuka akan memecahkan persoalan
†† Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang letaknya di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau
itu. Kemudian setelah mereka berkumpul beliau menyampaikan
kepada sekalian yang hadir bahwa niat dan maksudnya akan pergi
mengembara ke tempat-tempat yang agak jauh untuk melihat-lihat
keadaah tanah yang akan lebih menguntungkan dibelakang hari
nanti, dan beliau mengatakan memang keturunan mereka sejak
nenek moyangnya dulu `tukang mengembara` juga diterangkannya
kalau-kalau kita selama dalam perjalanan itu akan menemui
sesuatu tanah kosong yang dapat dijadikan persawahan karena
kalau tidak mempunyai sawah tentunya akan makin jauh membuka
ladang tempat menanam pada sedang makanan ini adalah bahan
yang terpenting sekali bagi kita hidup.
Maka dalam musyawarah ini semua telah mufakat setuju menurut
pendapat Rajanya itu, asalkan Lumija Ralang sendiri yang
mengepalai mereka. Setelah bulat mufakat mereka lalu Lumija
Ralang mengunjungi ayahnya Ratu Malaka. Setelah bertemu beliau
menguraikan sepanjang maksud atas kemufakatan mereka itu akan
pergi mengembara berjalan ketempat yang agak jauh dari sini
dengan maksud akan meninjau keadaan tanah kalau-kalau ada
disuatu tempat yan dapat dijadikan persawahan bagi mereka untuk
menjadi pusaka peninggalan bagi anak cucunya nanti. Maka
berundinglah kedua dimasak dan digodok, keuntungan dan
Kerugian sehingga dibahas dengan secara mendalam dengan
akhirnya Ratu Malaka mengalah dan dapat mengizinkan putranya
berangkat mengembara menurut sepanjang yang dimaksud itu dan
diberikan waktu oleh Ratu Malaka dalam masa 3 atau 4 bulan
lamanya dalam mengembara itu ,dan untuk sementara
pengendalian pemerintahan di Pantau akan dipegang oleh Ratu
Malaka sendiri. Setelah mendapat izin dari ayahnya lalu Lumija
Ralang memanggil saudaranya yang bernama Singa Binuang dan
Pastiya Embung Jaya keduanya diajak akan ikut bersama-sama
berjalan pergi mengembara itu, maka keduanya merasa gembira
sekali karena akan mengikuti kakaknya pergi serta berkata "air
keris sama diminum terjun diapi sama hangus, terjun di air sama
basah". Kemudian berkumpulan sekalian yang akan berangkat
pergi mengembara itu beserta rakyat yang membawa sangu selama
4 bulan lamanya ,
setelah semuanya dikabarkan kepada Rajanya, berangkatlah
mereka sekalian itu dengan gegap gempita, bunyi suara rakyat
menuju arah kesebelah selatan, beberapa hari berjalan sampailah
mereka itu kesuatu sungai yang disebut sekarang Way Laay maka
sungai itulah yang dituruti mereka sebagai petunjuk jalan mereka.
Mereka turuti sungai itu kearah muaranya, beberapa lamanya
mereka berjalan dengan tidak menyimpang menurut milirnya air
sungai itu mereka berjalan siang dan malam sekian jauhnya
berjalan mereka mendengar bunyi dentuman yang sangat ramainya
dan sangat menakjubkan hati, seolah-olah gunung runtuh layaknya,
dan mereka menduga bahwa tentu ada terjadi peperangan hebat
disitu, bunyi gegap gempita dan sangatlah dahsyat tak hentihentinya
oleh karena itu mereka berhenti waspada, dan Lumija
Ralang memerintahkan seorang Hulubalangnya bernama Salibar
Alam serta membawa kawannya pergi mengintai dari jauh apa
bunyi gerangan itu, maka berangkatlah Salibar Alam dengan
kawannya berjalan dengan hati-hati sekali untuk mengetahui
kejadian itu, telah lama berjalan dekatlah mereka ditempat yang
dahsyat bunyinya itu ,dilihat dan diamat-amati mereka kelihatan
ada sesuatu telaga yang sangat luas sekali tapi mereka merasa aneh
sekali mengapa airnya bergulung-gunung sendiri kemudian
menghempas kedarat begitulah terus menerus pekerjaan air telaga
yang luas itu dan tidak pernah nampak ada orang disitu. Begitulah
Salibar Alam merasa takjub keheran-heranan melihat barang yang
begitu ajaib. Rasa belum puas mereka dekati telaga itu diamatamati
kalau ada didalam air itu yang mengendalikannya. Tapi
nyata tidak tampak olehnya, lalu mereka kembali melaporkan apa
yang terlihat oleh mereka itu, setelah sampai Salibar Alam
melaporkan bahwa bukan musuh yang kita hadapi ,atau ada terjadi
peperangan yang hebat atau ada gunung yang runtuh melainkan
ada suatu telaga kerjanya berulang-ulang dengan tak hentihentinya
,Lumija Ralang mendengar laporan itu baru beliau merasa
senang hatinya. Kemudian mereka meneruskan perjalanan lagi
sehingga sampailah mereka ketempat bumi yang dahsyat itu,
setelah mereka perhatikan sungguh-sungguh dan meminum airnya
rasanya berbeda dengan air sungai atau asin rasanya, itulah laut.
Karena tempat mereka seumur hidupnya ditengah-tengah hutan
dipegunungan yang jauh sekali dari lautan, maka baru itulah
mereka berjumpa dengan laut disitu mereka telah bertambah
pengalaman dan pemandangan. Setelah malam hari bermalamlah
disana, keesokan harinya berangkatlah mereka disuatu tempat yang
mereka namakan Way Sakera karena ditempat itu ada suatu sungai
kecil yang didiami oleh banyak binatang Kera, disitulah mereka
membuat kubu tempat mereka tinggal. Setelah mereka istirahat
disitu nampaklah luasnya tanah ditempat itu yang dapat dijadikan
tanah persawahan yang mereka idam-idamkan itu. Semua mereka
merasa senang sekali dan maulah mereka terus tetap tinggal disana
dengan tak usah pulang lagi kekota.
Tapi Lumija Ralang belum merasa senang karena beliau belum
percaya bahwa tempat itu tidak ada suatu kerajaan maka setelah itu
beliau mengajak sekalian rombongan berjalan menjelajahi
mengelilingi tanah pesisir laut itu, dengan menuju arah sebelah
selatan, mereka berjalan menyelidiki kalau-kalau sudah ada sebuah
kerajaan, tapi begitu lama mereka berjalan sehingga sampailah
mereka ke Wai Haluang Watas Semangka tak ada seorang rajapun
yang mereka bersua. Kemudian mereka kembali lagi ke Way
Sakera, setelah istirahat sehari berangkatlah mereka menuju arah
kesebelah Utara, mereka berjalan siang dan malam sehingga
sampailah mereka ke Muara Tunda watas Bintuhan tak ada
seorang rajapun mereka berjumpa, melainkan disebelah selatan
mereka menjumpai satu kaum orang Tumi atau Kubu , kemudian
kembalilah mereka sekali lagi ke tempat mereka semula yaitu Way
Sakera, begitulah mereka memeriksa tanah-tanah yang bakal
dijadikan persawahan itu, setelah berbulan-bulan mereka ditempat
itu, kebetulan mereka diketahui oleh sekaum orang Kubu dulu
yang pernah mereka berjumpa dibagian sebelah selatan itu,
rupanya mereka telah ada niat akan merampok sangu rakyatknya
Lumija Ralang, begitulah pada suatu malam hari yang gelap sekali
dan sedang Lumija Ralang serta kawan-kawanya sedang tidur
maka masuklah orang-orang Tumi itu akan merampok semua
perbekalan yang ada mereka bawa, dengan kebetulan rakyat yang
jaga dapat mengetahui bahwa orang-orang Tumi itu datang dan
masuk, maka dengan tak membuang waktu lagi sekalian Pahlawan
dan Hulubalang serta rakyat sekali serentak bangun, dan terjadilah
perkelahian yang sangat hebatnya antara Lumija Ralang melawai
orang-orang Tumi itu.
Perkelahian terjadi sangat serunya dan disitu susah sekali untuk
mengenal maka kawan dan mana lawan karena gelapnya malam.
Setelah hari hampir siang pertarungan berjalan terus dan setelah
pagi harinya masih juga perkelahian terjadi, oleh karena rakyat
Lumija Ralang lebih ulung dan pandai dari mereka berkelahi, maka
kucar-kacirlah mereka itu, yang hidup lari terus masuk hutan dan
banyaklah mereka meninggalkan korban kawan-kawannya.
Setelah malam yang kedua maka datang lagi mereka itu dan terjadi
lagi perkelahian antara kedua belah pihak, maka semalam suntuk
itu tak henti-hentinya perkelahian terjadi, tetapi rupanya senjata
rakyat Lumija Ralang, lebih lengkap. Pedang, Tombak, keris dan
lain-lain , sudah itu mereka yang masih hidup lari menghilang
masuk hutan dan tidak pernah muncul-muncul lagi. Ditunggu oleh
Lumija Ralang dan rakyat sampai tiga minggu tak ada lagi mereka
datang, setelah perbekalan habis lalu mereka kembali lagi pulang
ke Kota Besi dengan melalui sungai yang dulu mereka turuti,
beberapa lamanya mereka berjalan maka sampailah mereka di
Kota Besi, dan bertemulah Lumija Ralang dengan ibunya, dengan
tak disangka-sangka oleh Lumija Ralang, ibunya menceritakan
bahwa ayahnya telah meninggal dunia sejak mereka pergi
mengembara, beliau sakit lebih kurang sebulan lamanya, maka
mendengar itu Lumija Ralang sangat sedih sekali, bagitu juga
sekalian yang baru datang dari pengembaraan itu bersedih hati
semuanya, kemudian mereka pergi menziarahi ke kubur beliau,
begituiah kesedihan hati Lumija Ralang, apalagi beliau terkenang
apa yang telah terjadi sebagai maksud kedatangan utusan dari Raja
Belalau dulu pula, didalam beliau bersedih hati itu terbayang
dihatinya apa-apa pengalamannya sewaktu mengembara terlihat
dihatinya luas tanah persawahan yang akan diusahakan nanti, maka
hilanglah kesedihan hatinya dan timbullah bulat tekadnya akan
menunaikan sepanjang maksud hatinya, ialah akan mengusahakan
tanah persawahan yang beliau idam-idamkan. Setelah beberapa
Iamanya beliau diPantau, maka Lumija Ralang mengutus
rakyatnya pergi mengambil kawan-kawan yang satu keturunan
dengan beliau, yang mana, pertama beliau panggil dari nomor ;
1. Senangkal Banding, ialah Raja Panglima
2. Way Tegaga, ialah Raja Nurkadim dan Raja Belang
3. Kegeringan, ialah Raja Panjukang Alam
4. Teratas, ialah Raja Nungkah Nungkeh Dalom Pemasok Rulah.
Kelima kawan-kawannya itu adalah keturunan dari satu keturunan
dengan beliau maka setelah kelimanya hadir datang di Pantau, lalu
diadakan satu musyawarah yang dipimpin oleh Lumija Ralang.
Terutama beliau mengabarkan bahwa mereka baru saja sampai dari
mengembara ketanah pesisir laut.
Dan segala apa yang dilihat dan terjadi semua diceritakan, kedua
mengabarkan pula bahwa sepeninggalan mereka mengembara itu,
telah terjadi kematian ayahnya (Ratu Malaka) dan dikabarkan pula
bahwa pernah datang utusan dari Raja Belalau, meminta supaya
Kerajaan Pantau Kota Besi akan dijajah oleh Kerajaan Belalau,
setelah semua dikabarkan pada yang hadir, lalu beliau membuka isi
hatinya, yaitu berniat akan mencari satu tempat yang belum ada
seorang Kerajaan juga, dan tempat itu dapat berusaha membuat
sawah. Karena kalau seluruh rakyat mempunyai sawah, tentu tidak
akan berpindah-pindah lagi, sedangkan apa dicita-citakan itu,
kebetulan telah diketemukan. Setelah kelima kawannya mendengar
uraian dari Lumija Ralang itu,maka sekalian yang hadir berdiam
diri dengan tak ada yang mengeluarkan kata, hanya berkata dari
hati kehati karena merasa tahu bagaimana kekerasan hati Lumija
Ralang, yang memang beliau itu terkenal luas pikirannya dan
jarang apa yang dituju tidak mengenai sasarannya dan segala
kemauannya tak kena dibendung ataupun dibantah, kemudian
Lumija Ralang meneruskan pembicaraan, yaitu mengajak kelima
kawannya ikut bersama-sama turun kepesisir laut, dengan maksud
akan memindahkan Kerajaannya disana, mendengar itu Kelima
Raja-raja (kawan-kawannya) mengajak dan diikutkan serta akan
bersama kepesisir laut itu, mereka mufakat akan bersama-sama
sehidup semati… seasam dan segaram masing-masing telah
menyetujui dengan tekad bulat apalagi menurut pandangan mereka
Lumija Ralang itu adalah seorang cerdik-cendekiawan, tahu dikuas
kata sampai, tahu disindir kata terbalik, dan tekadnyapun sangat
dapat dipercayai, sebagai kata pepatah, biar hilang dikandang tanah
kalau disitu bumi memintak, begitulah maka perundingan putus
bicara selesai, kemudian kelima kawan-kawannya itu pulang
ketempat masing-masing dan mereka mengadakan pula
permusyawarah pada sekalian rakyat dan mendapat kata sepakat
pula dari masing-masing rakyatnya.
Kemudian mereka menentukan dari keberangkatannya, setelah siap
masing-masing dari kelima Raja-raja itu, maka berkumpulah
mereka sekalian di Pantau Kota Besi, masing-masing Raja
membawa Pahlawan-pahlawan Hulubalang dan rakyat sekalian,
yang membawakan sangu perbekalan mereka, dengan tidak lupa
pula masing-masing mereka membawa segala macam senjata yang
ada, setelah mereka berkumpul di Pantau, lalu Lumija Ralang
mengumpulkan pula sekalian Pahlawan-pahlwan Hulubalang dan
rakyat serta sangu perbekalan mereka secukupnya yang perlu
dibawa, maka pada hari baik bulan baik, berangkatlah Lumija
Ralang dengan kelima Raja kawan-kawannya serta diiringkan oleh
sekalian Pahlawan dan Hulubalang berikut dengan sekalian
rakyatnya masing-masing berjalan menuju kesebelah selatan,
disepanjang jalan bergegap gempiiah bunyi langkah sekalian
rakyat yang mengiringkan itu, berjalan telah beberapa lamanya
mereka dengan tidak mengenal lelah maka sampailah mereka
disuatu tempat yaitu dipersimpangan jalan yang mau pergi ke
Sukau, ke Belalau dan ke Pesisir laut, disitulah mereka berhenti
melepaskan lelah, Lumija Ralang mengumpulkan dan mengajak
kelima Raja kawan-kawannya tadi berkumpul disatu tempat yang
ada sebuah pancuran kecil disana, maka disitu Raja Alam dengan
kelima kawan-kawanya mengucapkan kata perjanjian, kesetiaan,
atau `baheman` artinya bersumpah dibawah sebuah pancuran kecil
yang dimaksudkan, bahwa pancuran itu sebagai saksi bagi mereka,
bahwa mereka telah berjanji yang tak boleh dilupakan sampai pada
anak-anak cucu mereka turun temurun dan tempat mereka
Baheman itu dinamakan Waij Mengaku, sampai sekarang itu tetap
disebut orang. Maka dtempat itu mereka keenamnya berjanji akan
sehidup-semati dengan tekad mereka akan memusnahkan orangorang
Tumi yang telah mengganggu dulu, dan akan mendirikan
kerajaan dipesisir laut yang mana telah ditentukan bahwa Raja
Ralang akan menjadi pelindung dari kelima Raja-raja kawannya
itu, janji ini akan berlaku sampai turun temurun mereka. Setelah
janji-janji selesai, lalu berangkat pula mereka sekaliannya berjalan
siang dan malam setelah berhari-hari mereka itu berjalan, maka
sampailah mereka kesebuah sungai yang sekarang disebut WAIJ
LAAY mereka turut bergembira ria sambil bercanda, maka
sampailah mereka itu kemuara sungai itu lalu mereka langsung
mencari dimana bekas tempat kediaman Lumija Ralang sewaktu
mengembara dulu.
Setelah mereka bertemu dengan yang dinamakan Waiy Sakera itu
lalu berhentilah melepaskan lelah sambil mereka melihat-lihat
keadaan tanah yang dapat diusahakan menjadi tanah persawahan.
Beberapa hari sesudah itu, maka mulailah mereka menyusun
kekuatan dengan maksud akan mengadakan serangan terhadap
orang-orang Tumi yang ada dipesisir itu. Karena dulu mereka
pernah dirampok, lama mereka mencari-cari belum juga bertemu
dimana tempat orang Tumi itu bersembunyi, maka ketahuan bahwa
Raja orang-orang Tumi itu bernama PASANGGAHAN, setelah
mereka berjumpa maka terjadilah pertarungan hebat antara rakyat
Lumija Ralang melawan orang orang Kubu. Dimana rakyat dari
Lumija Ralang dan Raja-raja kawanya menyerbu dengan ganasnya,
setelah malam hari perkelahian berhenti dan setelah keesokan
harinya diulang kembali pertarungan itu sehingga sampai terjadi
lima hari barulah rakyat dari Raja Pasanggahan lari kucar-kacir,
setelah raja melihat rakyatnya kucar-kacir, lalu raja Pasanggahan
keluar dari persembunyiannya dan menyerang Raja Lumija
Ralang, yang maka Raja Lumija Ralang terus mendapatkan Raja
Pasanggahan dan terjadilah pergumulan yang maha dahsyat antara
keduanya, setelah malam harinya berhentilah keduanya dari
perkelahian itu dan berjanji akan meneruskan perkelahian itu pada
hari besoknya, dan setelah hari siang lagi maka terjadi lagi
pertempuran antara Raja Pasanggahan melawan Raja Lumija
Ralang tersebut yang mana masing-masing tidak mau mundur
setapakpun, saling banting membanting, tendang-menendang,
tikam menikam antara keduanya itu dan setelah sang matahari
tergelincir kebarat, maka tikaman keris Lumija Ralang tepat
mengenai dada Raja Pasanggahan, lalu mati seketika itu. Setelah
selesai pertarungan maka rakyat Lumija Ralang bekerja keras
menguburkan sekalian mayat-mayat dari orang-orang Kubu itu
yang mana pertempuran melawan orang-orang Tumi itu ialah tujuh
hari baru orang-orang Tumi‡‡ kalah. Setelah keadaan aman dan tak
ada lagi yang akan mengganggu mereka, maka mereka
bermusyawarah pula untuk mencari dimana akan
ditempatkan/membangun kerajaan mereka, lalu mereka berjalanlah
mengelilingi tanah pesisir laut itu, dan bertemulah mereka itu pada
suatu tempat yang mereka anggap akan tempat kerajaan, kemudian
mereka buka hutan disitu dan mereka membangun kerajaan disitu.
Berbulan-bulan mereka itu bekerja keras mengumpulkan batu dan
kayu, membangun dan mendirikan rumah-rumah mereka, terutama
rumah tempat rajanya, setelah siap semuanya pembangunan lalu
masing-masing dengan secara teratur menempati tempat msingmasing,
disitu mereka namakan PANTAU, karena nenek moyang
mereka dimana mereka berada dinamakan Pantau, seperti dirantau
NIPIS nama PANTAU, di Salipas nama PANTAU, dikota Besi
‡‡
Suku bangsa Tumi yang lari kedaerah Pesisir Krui menempati marga marga Punggawa Lima yaitu Marga Pidada, Marga Bandar, Marga Laai dan Marga Way Sindi namun kemudian dapat ditaklukkan oleh Lemia Ralang Pantang yang datang dari daerah Danau Ranau dengan bantuan lima orang punggawa dari Paksi Pak Sekala Brak. Dari kelima orang punggawa inilah nama daerah ini disebut dengan Punggawa Lima karena kelima punggawa ini hidup menetap pada daerah yang telah ditaklukkannya.

Diriwayatkan didalam Tambo empat orang Putera Raja Pagaruyung Maulana Umpu Ngegalang Paksi.nama PANTAU, pun dipesisir laut ini juga dinamakan PANTAU.Maka Pantau-Pantau yang ada sampai sekarang ini masih disebut
orang nama PANTAU.
Maka setelah berdiri kerajaan PANTAU dipesisir laut, mereka mengatur membuka tanah, membuat sawah dan berladang,bercocok tanam. Begitulah berjalan hingga puluhan tahun mereka
tinggal disitu dan dengan giat-giatnya mereka bekerja disitu dan
menjadikan persawahan, dan Lumija Ralang mempunyai seorang
anak bernama RAJA ALAM TEGAK BUOK ( Raja Alam I ).
RAJA ALAM TEGAK BUOK (RAJA ALAM I)
Setelah Raja Alam Tegak Buok, beliau ini yang menggantikan
kerajaan ayahnya dan Raja Lumija Ralang kembali kekota Besi
melihatkan ibunya disana yang kemudian mendapat kabar beliau
wafat disana.
Raja Alam Tegak Buok, beliau ini dinamakan Raja Alam karena
atas permintaan Raja-Raja teman ayahnya itu, bahwa beliaulah
akan menjadi Raja dialam pesisir laut, dan pula sewaktu beliau ini
lahir kedunia, rambut beliau itu berdiri tegak, karena itu
dinamakan Tegak Buok. Beliau ini seorang yang pemberani lagi
sakti, maklumlah dizaman itu agama belum ada sampai disana, dan
zaman itu masih zaman tarak tapa dan kedewa-dewaan, selain dari
keduniaan bagi mereka dikala itu tidak ada aturan agama.
Begitulah konon kabarnya beliau itu dapat menghilang, tak tampak
oleh orang lain dan dapat pula melakukan hal-hal yang tidak
masuk akal dari perbuatannya, begitu kalau beliau itu mau berbuat.
Maka ada suatu masa beliau mengajak kelima Raja-raja kawannya
pergi SIBA(berkunjung) ke Banten dengan maksud akan
memperlindungkan tempat kediaman mereka dari serangan
kerajaan lain, setelah itu berangkatlah mereka bersama-sama,
setelah mereka sampai kehadapan Kanjeng Sultan Banten, beliau
mengabarkan hal-hal yang telah terjadi ditanah pesisir laut yang
mereka namakan Pantau itu, disitu Kanjeng Sultan Banten
menerimanya dan memberikan janji bahwa kalau musuh datang
menyerang dari laut, maka Kanjeng Sultan yang akan melawannya,
dan diberikan pula beberapa peraturan lain-lain.
Dan lagi Kanjeng Sultan menetapkan nama tempat kediaman
mereka itu yaitu PENGGAWA LIMA, dan mengakui bahwa Raja
Alam-lah yang akan menjadi Raja dari kelima Raja-Raja tersebut
dengan turun - temurun, begitu pula bagi kelima kawannya
masing-masing tetap menjadi Raja di Penggawanya turuntemurun.
Maka segala apa yang telah diatur dan diamanatkan Kanjeng
Sultan mereka laksanakan setelah mereka sampai ditempat dan
mereka membuat satu BIMBANG besar yaitu meresmikan nama
tempat mereka itu yaitu nama PENGGAWA LIMA, dan setelah
selesai Bimbang, mulailah keenam Raja itu mengatur tempatnya
masing-masing, yaitu :
1. Raja Panjukang Alam ditempatkan di TJUKUH MERSA,
maka tempat itu dibangun menjadi satu kerajaan yang
dibawah lindungan Kerajaan Raja Alam I.
2. Raja Panglima ditempatkan di PEKON TEBA maka tempat
itu terus dibangun sampai selesai.
3. Raja Nurkadim, ditempat di PEMATANG GEDUNG, maka
tempat itu terus dibangun hingga rampung.
4. Raja Belang, ditempatkan di PEMATANG GEDUNG, juga
bersama-sama dengan kakaknya, maka tempat itu dibangun
sampai selesai.
5. Raja Nungkah Nungkeh Dalom Pemasok Rulah, ditempatkan
di PAGAR DEWA, yaitu dikaki bukit PANTAU dan disitu ada
satu PAMELANG RALANGAN yang
tak boleh dilalui oleh siapapun masing tempat Raja-Raja itu.
Dibuatkan tempat menaikkan suatu tanda yang maksudnya kalau
ada suatu kesusahan ditempat itu supaya dapat diketahui oleh Raja-
Raja yang lain, dan berkumpulah semuanya ketempat itu, selain
dari itu yang dinomor 1 Raja Panjukang Alam ditugaskan menjaga
kalau ada musuh yang datang dari sebelah barat, begitu pula yang
dinomor 2 untuk menjaga kalau ada musuh yang datang dari
sebelah Timur dan yang nomor 3 untuk menjaga kalau ada musuh
yang dari sebelah Timur; demikian pula yang nomor 4 untuk
menjaga kala ada musuh yang datang dari arah Timur sedang
dinomor 5 untuk menjaga kalau musuh datang dari sebelah
Selatan. Adapun Raja Alam Tegak Buok tetap di Pantau, dari
situlah beliau menghubungi kelima Raja Penggawanya itu. Dan
lagi pula masing-masing Kerajaan ada mempunyai satu
PANGKALAN LARANGAN dan Raja Alampun mempunyai satu
tempat PANGKALAN LARANGAN yang dinamakan Ham
DALOM juga Raja Alam ke 1 mempunyai satu tempat tanda
dinaikkan sampai sekarang ini tempat itu dinamakan KAUR
PENGALAMAN.
Begitulah janji yang diatur mereka, jika ada sesuatu kesusahan
diantara mereka, harus tanda dinaikkan Raja dan kesemuanya
harus datang berkumpul dimana tanda itu dinaikkan. Adapun Raja
Alam Tegak Buok mempunyai seorang putra yang bernama
TEMUNGGUNG TANAH JAYA yang telah dewasa, maka pada
suatu masa Raja Alam Tegak Buok (Raja Alam ke 1) mengadakan
permusyawarahan yang mana dihadapi oleh kelima Penggawanya,
beliau mengajukan supaya masing-masing Raja Penggawa
memajukan rakyatnya masing-masing supaya giat mengusahakan
persawahan supaya jangan sampai kekurangan makanan. Sedang
mereka asyik berbicara, lalu Raja Alam berdiri keluar kamar
sidang. kemudian ditunggu-tunggu oleh yang hadir dimana beliau
tak muncul-muncul lagi, yang kemudian mereka periksa dan
kebetulan beliau tak ada ditempat itu, disitu mereka bertanya-tanya
pada masing-masing kawannya dan sampai malam hari beliau itu
tak muncul lagi maka pada keesokan harinya ada salah satu
Hulubalang kemasukan rohnya. yang berkata bahwa beliau tak
usah dicari-cari, melainkan beliau menunjuk putranya yang akan
menggantikan beliau.
RAJA ALAM KE II (TAMUNGGUNG TANAH JAYA )
Beliau ini adalah seorang yang bijaksana dan dapat pula
dibanggakan keberaniannya, sewaktu beliau ini lahir beliau tidak
mempunyai pusar dan sampai besar, pusar itu tidak ada. Begitulah
sebelumnya beliau ditunjuk untuk menggantikan ayahnya, beliau
pernah pergi masuk hutan yang lebat menjalankan/melakukan
tarak tapa disuatu tempat yang jauh dari Pantau menurut cerita
sedang beliau itu bertapa seorang diri ditempat yang sunyi,
mendadak seekor macan yang besar menerkam dari belakang dan
beliaupun terkejut yang lalu terjadi pergulatan antara beliau itu
dengan seekor macan. Dan menurut kabar, kulit beliau tak
mempan digigit dan dicakar oleh macan karena kulit beliau itu
sudah kebal. Pergumulan berlangsung terus hingga keduanya
merasa lelah dan ketika macan itu tak berdaya lagi, karena
tenaganya telah habis maka dibawa oleh Tumanggung Tanah Jaya
pulang ke Pantau hidup-hidup. Sesampai di Pantau rakyat terkejut
melihat seekor macan yang masih hidup dibawa oleh beliau, dan
kemudian macan itu dibunuh dan kulitnya dibuat menjadi baju
Raja Alam ke II.
Beliau ini mempunyai seorang adik yang bernama RADIN GELAP
GULITA, adiknya inipun sangat gagah dan sakti pula, menurut
cerita, Radin Gelap Gulita diutus oleh Raja Alam ke II pergi
menghadap Kanjeng Sultan menyampaikan amanat Raja Alam,
ditengah perjalanan antara laut Jawa dengan ujung Balimbing
(Tanjung Belimbing) yang sekarang, beliau ada bertemu dengan
seorang pahlawan dari kerajaan Banten, setelah berdua bertemu
lalu keduanya berhenti dan masing-masing bertanya yang
kemudian pahlawan dari Banten itu mengajak Radin Gelap Gulita
mengeluarkan kesaktiannya masing-masing, Pahlawan dari Banten
mengambil sebuah biji runtan dan melemparkan ketengah-tengah
laut, lalu biji itu tumbuh menjadi satu rumpun Runtan yang lebat
sekali, dan kelihatan daunnya berkilauan, lalu Pahlawan Banten
minta supaya Radin Gelap Gulita yang mengeluarkan kesaktiannya
pula.Kemudian oleh Radin Gelap Gulita, diambilnya tiga buah
batu yang agak besar, ditancapkan disekeliling rumpun runtan itu,
dibuatnya seperti tungku yaitu segitiga, lalu laut itu berbunyi
meraung menimbulkan arus yang luar biasa, sehingga rumpun
runtan tadi diisap oleh laut masuk kedalam dasarnya kemudian
keduanya melompat masuk pula diantara ketiga buah batu yang
arusnya luar biasa itu, sehingga hilanglah keduanya di telan oleh
ombak, dan menurut cerita, keduanya itu ada timbul di Pelabuhan
Banten. Begitulah riwayatnya sambung menyambung yang telah
terjadi dimasa itu. Sehingga sampai sekarang ini masih juga
dipercayai orang-orang yang berasal dari Penggawa Lima yang
mana apabila ia berlayar menurut kapal atau perahu, setelah
mereka tiba ditempat itu tak lupa menyebut nama asal Pantau. Dan
sampai sekarang ini disitu disebut orang TUNGKU TIGA.
Demikianlah dizaman Raja Alam ke II, beliau ini pergi pula SIBA
ke Banten bersama-sama dengan kelima Raja Penggawanya dan
setelah mereka itu menghadap Kanjeng Sultan, mereka dihormati
dan di jamu oleh Kanjeng Sultan dan Kanjeng Sultan memberikan
ketetapan ADAT yang dipegang pakai dalam Kerajaan Penggawa
Lima dan Raja Alam ke II diakui syah menjadi Raja di alam
pesisir, dan beliau diperintahkan membuat ADAT segala ADAT
dan akan menunaikan membuat IRAU, adapun IRAU itu ialah
Raja Alam ke II dan kelima Raja-Raja Penggawa akan membuat
satu BIMBING BESAR yang tak ada lebih besar lagi dari jalan me
................................ dipinggir Waij Krui. Demikianlah amanat
Kanjeng Sultan melarang keras membuat dua kali IRAU, lalu
pulanglah beliau ketempatnya ke Pengawa Lima.
Sesudah sampai mereka di Penggawa Lima, maka dibuatlah IRAU
itu dan apa-apa yang telah diatur dan diperintahkan oleh Kanjeng
Sultan semua dia taati mereka.. Setelah selesai semuanya lalu Raja
Alam dan Raja-Raja Penggawa Lima, mulai lagi mangatur
rakyatnya masing-masing berusaha menjadikan persawahan dan
tak lupa membuka ladang, membuat kebun dan sebagainya,
sehingga makmurlah makanan di Penggawa Lima, adapun Raja
Alam ke II, mempunyai putra bernama RAJA ALAM SAKTI
(RAJA ALAM KE III) Setelah Raja Alam ke II merasa dirinya tak
kuat, maka kerajaan diserahkan pada putranya Raja Alam ke III
dan tak beberapa lamanya maka wafatlah beliau itu.
RAJA ALAM SAKTI (RAJA ALAM KE III)
Adapun Raja Alam Sakti ada mempunyai adik yang bernama
Radin Dewa Kuasa, Radin Dewa Kuasa tak mau ikut campur
dengan kakaknya, beliau selalu mengasingkan dirinya disuatu
tempat yang tertentu, Raja Alam ke III menyerahkan kepada
saudaranya juga nama Radin Warada, untuk memelihara beliau itu
mengurus dan melayani segala keperluan beliau itu, beliau diberi
oleh Raja Alam empat orang Hulubalang yang menjaga beliau
(Radin Dewa Kuasa), keempat Hulubalang beliau itu antara lain:
1. Yang bernama BURA PENABOR LAWAN
2. Yang bernama KALANG PENUNGGU BIDOK
3. Yang bernama PENJURIT BANI
4. Yang bernama PENJURIT AGUNG
Maka Raja Alam ke III meneruskan Kerajaan ayahnya dan dibantu
oleh adiknya Radin Dewa Kuasa, beliau melakukan usaha-usaha
dari orang tuanya almarhum dan pernah kejadian sebelumnya
beliau mendapatkan perintah menggantikan kerajaan Penggawa
Lima, beliau mendengar bahwa ada sebuah kampung yang
rakyatnya disana selalu ketakutan karena ada sebuah telaga(danau
Ranau?) yang didiami oleh seekor Naga, sehingga telah banyaklah
dari rakyatnya di kampung itu menjadi mangsa ular tersebut.
Begitulan takdir llahi tergeraklah Raja Alam ke III. Kelima Raja-
Raja Penggawanya pergi mendatangi telaga yang didiami oleh
sang naga itu dan kemudian raja Alam akan melihat rupanya naga,
maka diajaklah oleh Raja Alam kelima Raja-raja Penggawanya
pergi mendatangi telaga yang didiami oleh naga itu, setelah
berjalan, kampung itu belum juga dapat menemukannya, dan Raja
Alam memang ada mempunyai ilmu Pusaka dari neneknya Raja
Alam Tegak Buok almarhum dan ada pula sebuah keris yang
beliau terima, keris itu tak lupa beliau bawa. Dan setelah mereka
bertemu dengan telaga itu, lalu kelihatan oleh orang-orang
kampung maka berteriaklah mereka orang-orang kampung itu
menyuruh mereka lari dari situ karena ada bahaya dalam telaga itu,
tetapi teriakan itu tidak dihiraukan oleh Raja Alam dengan kawankawanya,
tak lama kemudian maka kelihatanlah seekor ular yang
agak besar dan dilemparkan beliau tepat mengenai badan ular itu,
ular itu terkejut dan melihat ada orang mengganggunya maka
dikejarlah dan setelah sampai ditempat Raja Alam Sakti,
maka dibelit-belitlah tubuh Raja Alam Sakti dan Raja Alampun tak
gugup, dibacakannya manteranya yang diperoleh dari neneknya
itu, sehingga ular itu lemaslah tak berdaya, lalu ditikamkannya
keris itu berulang-ulang kali maka naga itu matilah Maka diambil
oleh Raja Alam Sakti culanya naga itu, dipasangkannya dikepalai
beliau sendiri, maka disitulah beliau mengumumkan bahwa beliau
bahwa beliau bergelar RAJA ALAM CULA NAGA sesudah itu
maka berduyun-duyunlah sekitar orang kampung datang melihat
kematian naga itu, dan semua bersyukur dan berterima kasih
kepada Raja Alam Cula Naga, karena musuh besar mereka telah
mati terbunuh oleh beliau, setelah itu pulanglah beliau diiringkan
oleh Kelima Raja-Raja Penggawanya, sedang cula naga
itu masih tersisip diatas kepala beliau, sampai-sampai di Pengawa
Lima beliau menghimpun sekalian rakyatnya di Penggawa lima
menjamu makan dan menerangkan bahwa gelar beliau telah
berganti nama RAJA ALAM CULA NAGA.
Dizaman Raja Alam Cula Naga ini, beliau pergi pula SIBA ke
Banten, beserta Raja-Raja Penggawanya, disitu beliau dianugerahi
oleh Sultan satu Surat kekuasaan penuh, bahwa beliaulah yang
berkuasa/menguasai sekalian salai-salai burung layang dipesisir
Krui, dan tiga bulan minta Kanjeng Sultan semasa Sultan ABDUL
HASAN ABUWASIR ZAINUL ABIDIN pada tahun 1024 tahun
Melayu, dan beliau dapat satu PERUNGGU bertuliskan undangundang
yang tidak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas dan
pula beliau dianugerahi dua buah MAHKOTA KERAJAAN yaitu
yang satu untuk ratu dan yang satunya lagi untuk RAJA.
Maka pulanglah mereka kembali ke Penggawa Lima sesampainya
mereka di Penggawa Lima lalu mereka mengadakan BIMBANG
besar, memotong beberapa ekor kerbau, menjamu semua rakyat
Penggawa Lima, maka pada zaman ini telah tiba pula satu kerajaan
bernama RAJA TELUK TAMPAK, beliau ini diiringkan oleh
sekalian pahlawan dan rakyatnya, beliau telah mengetahui bahwa
dipesisir Krui telah ada seorang Raja (Kerajaan) yang dikepalai
oleh Raja Alam ke-III.
Lalu Raja Teluk Tampak datang menemui Raja Alam berkenalkenalan
dan kemudian meminta dan mengabarkan bahwa mereka
akan membangun sebuah Kerajaan dipesisir ini. Dan kemudian
kerajaan Teluk Tampak mulai bangun kerajaannya sampai selesai
dan bertempat dipesisir UTARA, yang mana sekarang disebut
PUGUNG TAMPAK§§. Hampir berbarengan dengan itu, datang
pula satu kerajaan dari Balik Bukit bernama RAJA DUNIA***,
beliau ini diiringkan oleh sekalian Hulubalang-hulubalangnya serta
rakyat juga datang berkenalan-kenalan dengan Raja Alam,
kemudian mereka mendirikan sebuah Kerajaan dibagian
SELATAN dari Penggawa Lima yang sekarang dinamakan
TENUMBANG. Raja Alam Cula Naga mempunyai seorang putra
bernama LUMIJA RALANG PANTAU (Raja Alam ke IV).
Setelah Raja Alam Cula Naga wafat, maka beliau itu bergandengan
dengan makamnya Radin Dewa Kuasa, dan diempat penjuru dari
makam beliau berdua itu ialah makam-makamnya ke empat
Hulubalang-hulubalangnya Radin Dewa Kuasa, makam beliau
itulah yang disebut KERAMAT PANTAU.
§§ Di daerah Pungung tampak, Kecamatan Pesisir Utara, Kabupaten Lampung Barat,terdapat tiga buah makam yang biasa disebut
oleh penduduk sebagai makam Gajah Mada. Kemungkinan makam-makam itu adalah makam para panglima pasukan Majapahit yang
sampai di sana dan kemudian meninggal disana. Soal sebutan Gajah Mada mungkin dibaurkan dengan sebutan: Panglima Gajah Mada
yang berarti Panglimanya Gajah Mada, jadi bukan Gajah Mada itu sendiri. Melihat bahwa makam itu membujur utara-selatan, mungkin
usianya sudah lebih dari ceritanya. Dari buku: SEJARAH DAERAH LAMPUNG,PROYEK PENELITIAN DAN PENCATATAN
KEBUDAYAAN DAERAH PUSAT PENELITIAN SEJARAH DAN BUDAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN 1977 / 1978.
*** Adapun pembagian tanah bumi Buay Pernong yang dipesisir selatan dari muara Way Balau terus di Tanjung Cina mengikuti
pinggir laut kemudian batas tanah bumi dalom NGAMBUR dari sawang pandan pergi di Way Ru pemberian dari sebatin Tenumbang
dari tanah bumi Pangeran Ngaras yang semula adalah pemberian dari Ratu Buay Pernong melalui Saibatin Tenumbang sebagai
perwakilan dari Buay Pernong sebagai mengepalai Penggawa Lima Buay Pernong di pesisir selatan. Dari Tanjung ladangan pergi ke
Kelapa Wakap tanah Pangeran Bengkunat yang berasal dari Buay Pernong yang dimintanya melalui Sai BatinTenumbang (perwakilan
penggawa limaBuay Pernong) dipesisir. Dengan Undang-undang adatnya bahwa: Apabila Sai Batin atau turunan Ratu Buay Pernong
mempunyai pekerjaan adat baik pekerjaan yang berarti suka dan duka maka DALOM NGAMBUR dan PANGERAN NGARAS wajib
memberikan sumbangan sepenuhnya kepada raja adat pucuk pimpinan Buay Pernong (Paksi Pak) di Batu Beghak. Dengan ketentuan
amanat sakti dari Ratu Buay Pernong maka harus dan wajib ke-empat kepala penggawa dari penggawa lima dari Buay Pernong di
pesisir itu yaitu : Ngambur, Mengkunat, Ngaras dan Belimbing mesti/harus memenuhi adat ini dan apabila tidak, maka terhadap hak
mereka yang telah menerima pemberian kekuasaan sementara untuk mengusahakan tanah bagian pesisir sebagai batas-batas yang
telah ditentukan diatas, maka batallah hak kekuasaan mereka untuk meneruskan usahanya, karena mereka telah khianat kepada janji
mereka dan amanat sakti untuk mereka, sewaktu menerima penyerahan dari Ratu Buay Pernong Paksi Pak. Kutipan dari : SURAT
WASIAT DARI PAKSI BUAY PERNONG YANG DISALIN DAN DITERJEMAHKAN OLEH PANGERAN SOEHAIMI PADA
TAHUN 1975 by aldrinsyah.
LUMIJA RALANG PANTAU (Raja Alam ke IV)
Setelah Raja Alam ke III wafat, digantikan oleh anaknya Raja
Alam ke IV beliau ini meneruskan usaha ayahnya, mengerahkan
tenaga rakyat mengusahakan/menjadikan persawahan dan
membuka hutan, membuat kebun-kebun serta bercocok tanam.
Raja Alam ke IV ini SIBA pula ke Banten bersama Raja-Raja
Penggawa Lima, ketika seluruh Raja-Raja yang takluk dibawah
kerajaan Banten, dipanggil ke Banten. Dikala itu Kanjeng Sultan
mengabarkan bahwa mulai-mulai tahun ini semua Raja-Raja
diharuskan memberikan UPETI kepada Kerajaan Banten pada tiaptiap
tahun, demikian perintah dari sultan. Setelah selesai segala
perlu disampaikan kepada sekalian Raja-Raja yang datang, lalu
masing-masing pulang kembali ketempatnya.
Maka ketika itu pula datang satu Kerajaan yang Rajanya bernama
Raja SULUNG beliau diiringkan oleh segala Pahlawan-pahlawan
serta rakyatnya, maksud beliau ini ingin mendirikan satu kerajaan
dipesisir, setelah beliau periksa dibagian utara, beliau telah melihat
ada kerajaan disana, kemudian beliau periksa lagi disebelah selatan
yang mana sudah ada lagi kerajaan. Disana lalu beliau ingin
mendirikan kerajaan diantara kerajaan Dunia dengan kerajaan
Penggawa Lima, tetapi maksudnya itu tidak mendapat izin dari
Raja Alam, oleh karena itu Raja Sulung mengancam akan
berperang melawan Penggawa Lima, maka Penggawa Lima
bersiaplah mengumpulkan sekalian pahlawannya, hulubalang dan
rakyatnya dan menyiapkan pertahanan yang dianggap penting.
Semua itu telah dijaga oleh Hulubalang yang gagah-gagah, begitu
pula sekalian pahlawan dan hulubalang-hulubalang serta rakyatnya
sekalian telah bersiap-siap menjaga dimana-mana yang perlu
dipertahankan. Begitulah Raja Alam mengatur dan mengumpulkan
sekalian pahlawan dan hulubalang-hulubalang serta rakyatnya
untuk membuat sebuah benteng (benteng pertahanan) dipinggir
Waij Laay, disitulah Raja Alam mengumpulkan sekalian yang dari
Pantau karena Raja Alam mengatur disitu pertahanan yang terkuat,
karena dikala itu disitulah jalan lalu-lintas orang-orang yang akan
pulang dan akan pergi ke Balik Bukit, yang mana jalan lain tidak
ada, selain dari situlah maka setelah dilihat oleh Kerajaan Sulung,
bahwa pertahanan di Penggawa Lima begitu kuat dan kokohnya
dan takkan dapat mereka melakukan penyerangan dan juga telah
diukur dengan kekuatan tidak mungkin akan mereka menang,
maka Raja Sulung mendatangkan perdamaian kepada Penggawa
Lima, mereka itu minta supaya diizinkan membuat sebuah
kerajaan pula. Maka oleh Raja Alam diperkenankan juga
membangun kerajaan itu dibatas kerajaan Teluk Tampak, maka
mulailah mereka membangun kerajaannya sampai selesai, dapat
pula mereka membuat persawahan, dibelakang perkampungan
mereka, padahal ada satu pematang bernama CUKUH MERSA
didepan kediaman mereka itu adalah kepunyaan Penggawa Lima,
yang dinamakan BANDAR BARU BERAK, dan buktinya banyak
pekuburan tua dari keturunan Raja Penjukang Alam, setelah Raja
Sulung selesai membangun kerajaannya, mereka pergi pula SIBA
ke Banten minta perlindungan kerajaannya dari serangan kerajaan
lain, dan Raja Sulung mendapat perintah pula mesti membuat
IRAU, setelah beliau sampai ditempatnya, kemudian dilaksanakan
oleh mereka untuk membuat IRAU itu yaitu di SISINDI, maka
nama tempat mereka itu dinamakan WAIJ SINDI, sampai
sekarang.
Oleh karena perang tidak pernah terjadi mereka melawan
Penggawa Lima, maka rakyat Penggawa Lima mengeluarkan
pepatah Lampung, MAK MUDAH NGAPANGKALANKON
WAIJ MAJAH, MAK MA TUNAIJ NGAPANGKALANKON
WAI LAAIJ. Maka Pahlawan-pahlawan, Hulubalang-hulubalang
serta sekalian rakyat dari Pantau yang ditugaskan menjaga benteng
pertanahan dipinggir Waiij Laaij itu, sekaliannya meminta supaya
mereka akan menetap disitu, lalu mereka membuat pula
persawahan, dan membuat perkebunan, serta bercocok tanam
disana, dan lama kelamaan mereka membuat kampung tempat
kediaman mereka yang dinamakan PEKON PANENGAHAN
LAAIJ sekarang. Begitulah keadaannya dan kepada Raja Dunia
(TENUMBUNG) tapal batasnya ialah Waiij Mahonaiij bernama
CUKUH BALAK, yang dijaga oleh dua orang pahlawan dari
Pantau yang kemudian mereka pindah ke Waiij Suluh sekarang ini.
Maka pada zaman itu juga pada tahun 1812††† Kumpeni Inggris
akan datang masuk ke Penggawa Lima, semasa Kanjeng Sultan
Pangeran Gusti, sesudah Pangeran Gusti berperang melawan Ratu
Suriya Fatimah‡‡‡, permaisuri dari Sultan Abdul Fatah Muhamad
Syah, ketika itulah bangsa Inggris datang ke pesisir Krui, mereka
datang dikepalai oleh MacTabraun, MacTampama dan MacTabili,
ketiganya diiringkan oleh beratus-ratus serdadu lengkap dengan
senjatanya, mereka ini datang dari Bengkulu, mereka itu berjalan
dari pesisir utara; kedatangan mereka akan menundukkan
Penggawa Lima, maka Penggawa Lima pun mulai bermusyawarah
kepada kelima Raja-Raja Penggawanya serta segenap pahlawan,
hulubalang-hulubalang dan rakyatnya sekalian. Maka menurut
†††
Sebagaimana kita ketahui pada tanggal 31 Desember 1799 dengan resmi VOC dibubarkan. Indonesia secara langsung menjadi
jajahan Belanda. Sebagai akibat keadaan politik di Eropa pada waktu itu, di mana Nederland memihak Perancis melawan Inggris,
maka Indonesia menjadi daerah pertentangan pula untuk mempertahankan pulau Jawa khususnya dan daerah-daerah yang telah
dikuasai Belanda, sejak zaman VOC, serta beberapa tugas lainnya, dikirimkanlah Gubernur Jenderal baru ke Indonesia, yaitu Herman
Wilhelm Daendels. la sampai di Indonesia dan mendarat di sebuah pelabuhan kecil tidak jauh dari Banten pada tanggal 1 Januari
1808. Untuk keperluan pertahanan, maka dia memerintahkan pembangunan benteng-benteng di pantai Banten yang menghadap ke
selat Sunda, pembangunan pangkalan Artgkatan Laut dan pembuatan jalan raya yang direncanakan mulai dari Anyer di Banten sampai
Panarukan di Jawa Timur. Pekerjaan pembangunan ini dilakukan dengan sistem rodi. Tenaga kerja dimintakan penye-diaannya kepada
Sultan Banten dan Sultan-sultan lainnya di Jawa. Akibatnya sangat serius bagi penduduk. Seringkali para pekerja dipaksa bekerja di
luar kemampuannya, tidak bisa mengerjakan sawah mereka lagi serta banyak yang mati akibat malaria. Karena itu Sultan Banten
kemudian menolak untuk menyediakan tenaga baru. Rencana pangkalan Angkatan Laut dibangun di Anyer di ujung Surabaya. Tetapi
rupanya kemudian ujung Surabaya me-rupakan tempat yang cocok untuk pangkalan Angkatan Laut. Pembangunan Anyer juga
mengalami kesulitan karena Sultan Banten tidak mau menuruti kehendak Daendels. Daendels marah dan menyerbu keraton Banten
pada tanggal 21 Nopember 1808. Sultan Banten ditangkap dan dibuang ke Ambon, sedang Patih Wangsadireja dihukum mati.
Kesultanan Banten sendiri dihapus-kan dan dijadikan daerah yang langsung di bawah pemerintahan Belanda di Batavia dan
didudukkan seorang Residen di Banten. Dengan status Banten yang baru ini, Lampung juga melalui besluit tanggal 22 Nopember
1808 dijadikan daerah yang langsung di bawah gubernuran Belanda. Hal ini tentu saja ditentang rakyat Lampung. Dikabarkan
terjadilah perlawanan di sana sini antara lain perlawanan di daerah Abung (Kotabumi) di bawah Pangeran Indra Kusuma. Perlawanan
ini bisa dipadamkan, Pangeran Indra Kusuma ditangkap dan dibawa, kemungkinan ke Banten. Para pengikutnya menyusul mencari
beliau ke Banten, tetapi tidak berhasil bertemu. Karena malu untuk kembali ke Lampung para pengikut ini menetap di Cikoneng,
sehingga terkenallah sebagai kota Lampung Cikoneng, dekat kota Labuhan sekarang. Dari buku: SEJARAH DAERAH
LAMPUNG,PROYEK PENELITIAN DAN PENCATATAN KEBUDAYAAN DAERAH PUSAT PENELITIAN SEJARAH DAN
BUDAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 1977 / 1978.
‡‡‡
Memasuki abad XVIII keadaan di Lampung belum stabil. Kewibawaan Sultan Banten agak mundur di sini. Di antara para
pegawai Kesultanan Banten di Lampung sering terjadi perselisih-an, terutama mengenai jual-beli lada. Keadaan demikian semakin
buruk sesudah Sultan Abdul Mahasin Muhamad Syafei Zainal Arifin. Sebab pada masa pemerintahannya terjadi lagi kerusuhan di
Banten, yang bermula dari fitnahan istrinya yang bernama Syarifah Fatimah (dalam cerita rakyat Banten disebut Ratu Fatimah).
Pada tahun 1734 orang Lampung sudah merasa bebas dari kontrol kekuasaan Banten. Bahkan daerah Tulangbawang sudah jatuh lagi
ke tangan Sultan Palembang. Untuk mengembalikan Tulangbawang ini Sultan Zainul Arifin minta bantuan VOC, tentu saja dengan
perjanjian yang ada segi menguntungkan VOC. Pasukan VOC dikirimkan ke Tulangbawang dan berhasil mengembalikan daerah ini
ke bawah kekuasaan Sultan Banten. Untuk mengawasi perdagangan lada yang mereka peroleh setelah itu, maka mereka mendirikan
benteng di Menggala, pada tahun 1738 yang diberi nama Benteng Albertus.
Disebabkan fitnahan dari Ratu Fatimah, pada bulan Oktober 1750 rakyat Banten memberontak di bawah pimpinan Kyai Tapa dari
Gunung Menara. Pemberontakan ini berlangsung selama dua tahun. Rakyat di Lampung ikut memberontak. Benteng Albertus
digempur dan berhasil direbut. Dari buku: SEJARAH DAERAH LAMPUNG,PROYEK PENELITIAN DAN PENCATATAN
KEBUDAYAAN DAERAH PUSAT PENELITIAN SEJARAH DAN BUDAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN 1977 / 1978.
keputusan mereka Penggawa Lima tetap akan mengadakan
perlawanan sampai titik darah yang penghabisan, mereka tidak
mau tunduk menyerah kepada bangsa Inggris, yang kemudian
mereka akan menjegat dijalan sebelum Inggris-lnggris itu sampai
di Penggawa Lima, karena sedapat mungkin mereka hindarkan
peperangan didalam kota, demikian putusan musyawarah mereka
itu, disamping itu atas permintaan sekalian kelima Raja-raja
Penggawanya supaya kerajaan Sulung diikutsertakan supaya
bersama-sama melawan bangsa Inggris yang bermaksud menjajah
itu, kemudian dikirimkan beberapa utusan hulubalang datang
mendapatkan Raja Sulung di Waij Sindi, setelah mereka bertemu,
maka diceritakan akan utusan kepada Raja Sulung akan
kedatangan bangsa Inggris itu, dan Penggawa Lima akan
mengadakan perlawanan dan akan dihadang dijalan sebelah utara,
maka semua apa yang telah menjadi keputusan sudah mereka
ceritakan kepada Raja Sulung dan yang kemudian Raja Sulung
bersedia akan mengajak semua rakyatnya akan bersama-sama
dengan rakyat Penggawa Lima pergi mencegat datangnya bangsa
Inggris yaitu serta bersedia akan ikut berperang melawan bangsa
Inggris, setelah selesai yang dibicarakan, maka utusan Raja Alampun
pulanglah kembali ke Penggawa Lima, sampai di Penggawa
Lima maka mereka memberi laporan kepada Raja Alam maka
,Raja Alam merasa senang sekali, setelah siap sekalian rakyat
Penggawa Lima, hulubalang dan pahlawan-pahlawannya lalu
berangkatlah mereka itu, dan sesampainya dikerajaan Sulung,
maka kerajaan Sulungpun sudah siap sedia berikut dengan
pahlawan dan hulubalang serta sekalian rakyatnya, lalu mereka
berangkat bersama-sama menuju kepesisir utara dengan teratur,
setelah jauh perjalanan mereka bertemulah dengan angkatan
bersenjata bangsa Inggris dan setelah bertemu maka mulailah
bangsa Inggris menjalankan api peperangan dengan Penggawa
Lima dipesisir utara itu, pesisir utara sekarang telah menjadi
medan peperangan dengan Penggawa Lima. Terjadinya itu pada
tahun 1812 diantara bangsa Inggris dengan Penggawa Lima, dan
tempat itu dipertahankan dengan mati-matian dan peperangan
terjadi dengan hebatnya sehingga korban manusia tidak sedikit
jumlahnya. Tetapi bangsa Inggris jauh lebih baik perlengkapannya,
persenjataan dibanding dengan persenjataan bangsa Penggawa
Lima, setelah beberapa hari pertempuran itu, dari Bengkulu
dikirimkan bantuan lagi berikut persenjataannya, kemudian tempat
itu dapat ditembus dan Penggawa Lima mengundurkan diri ke
salah-satu tempat yang dianggap penting tempat berperang, maka
ditempat yang baru itu Raja Alam dapat leluasa menjalankan
siasatnya untuk mencari kemenangan mereka, ditempat itulah
mereka akan pertahankan mati-matian dan dari situ pula mereka
melakukan penyerangan-penyerangan dengan secara bergerilya,
kalau malam hari mereka menyelundup ketempat itu, maka
terjadilah pertempuran dengan secara besar-besaran, maka
bergelimpanganlah mayat-mayat dari kedua belah pihak, Raja
Alam mengatur pasukannya supaya kalau malam menyerbu secara
besar-besaran, setelah hari hampir siang lalu mundurlah mereka
sekaliannya masuk hutan, begitulah telah dilakukan oleh pasukan
Penggawa Lima sehingga membingungkan pasukan-pasukan
bangsa Inggris, tetapi semua taktik Raja Alam dapat diketahui oleh
bangsa inggris sehingga mereka semuanya berjaga-jaga tak ada
yang lengah dimalam itu, setelah pasukan pihak Penggawa
menyerbu, maka disambut oleh pasukan Inggris dengan hujan
pelor yang hebat sekali, sehingga korban jatuh bukan sedikit dari
pihak Penggawa Lima, karena mereka tidak mengetahui akan
diketahui oleh Inggris-lnggris itu maka yang masih hidup terus
melarikan diri masuk hutan, kembali ketempat mereka. Oleh Raja
alam merasa kecewa sekali dimalam itu sudah tidak berhasil dan
pihak Penggawa Lima jatuh korban yang bukan sedikit jumlahnya
maka mulailah mereka mengatur penyerbuan yang serentak dengan
maksud akan melumpuhkan kekuatan bangsa Inggris, maka kelima
Raja-raja Penggawa Lima masing-masing membawa pasukannya
untuk menyerbu dengan secara teratur dari jurusan yang tertentu,
ada yang menyerbu dari utara dan ada pula yang menyerbu dari
arah selatan dan seterusnya. dan pada jam sama mereka serentak
melakukan penyerbuan berarti pertahanan bangsa Inggris itu akan
terkepung dengan secara besar-besaran tetapi raja alam sendiri
akan menyerbu berikut pasukannya sebelum sayapnya yang kelima
sampai,….. setelah semua diatur lalu berangkatlah pasukan Raja
Alam yang dikepalai oleh beliau sendiri datang menyerbu dan
terjadilah pertempuran yang hebat antara kedua pasukan itu
pertempuran berjalan hebatnya yang mana satupun diantara
mereka tidak mau mundur walaupun korban begitu banyaknya
yang terutama korban dipihak Penggawa Lima tidak sedikit
disebabkan senjata bangsa inggris lebih jauh cukup dan modern
sedang dipihak Penggawa Lima hanya mempunyai senjata yang
berupa pedang tombak keris dan panah saja tetapi sungguhpun
begitu semangat rakyat Penggawa Lima tetap bernyala-nyala tidak
mau mundur perang itu berlangsung siang dan malam hari tidak
henti-hentinya maka pada suatu hari atas kehendak Allah yang
maha kuasa maka terjadilah sejarah yang tak dapat dilupakan oleh
Penggawai Lima sebagai pepatah mengatakan:
UNTUNG TAK DAPAT DIRAIH MALANG TAK DAPAT
DITOLAK sedang Lumija Ralang menyerbu dengan asyiknya tapi
ganas memutuskan leher dari badannya pasukan-pasukan Inggris
itu maka beberapa pucuk meriam Inggris ditujukan padanya
[Lumija Ralang] lalu beberapa pelornya mengenai sasarannya
maka Raja Alam kena tertembak dan pelor-pelor meriam itu
menembus dada mereka dan beliau robohlah disitu juga sedang
penyerangan dari kelima Raja-raja itu penggawanya baru sampai
langsung menyerbu ketengah-tengah pasukan Inggris itu ketika itu
pasukan Penggawa Lima melihat bahwa beliau itu telah roboh
ketanah terkena tembakan meriam-meriam mereka lalu sebagian
mereka terus melakukan penyerbuan dan sebagian lari
mendapatkan mayat beliau tetapi sayang pasukan Inggris telah
sampai lebih dulu sampai ditempat itu dan terus diputuskan kepala
beliau dari badannya dan setelah bercerai dari badan beliau itu
kepalanya dibawa lari masuk kedalam kubu pertahanan bangsa
Inggris setelah dikejar untuk mendapatkan kembali kepala Raja
Alam oleh Penggawa Lima dan tidak dapat lagi lalu mayat
badannya terus diangkat pula kembali ke Pantau lalu dimakamkan
di Tambak Balak Kikis Pantau kemudian bangsa Inggris mencaricari
mayat badan beliau itu tetapi tidak ketemu lalu peperangan
berhenti dan pasukan Penggawa Lima menyerah begitulah
terjadinya peperangan itu dan sampai saat sekarang ini tempat
pertempuran itu (tempat kematian Raja Alam) dinamakan orang
PAMANCARAN, berarti Raja Alam telah tewas oleh Inggris dan
diceraikan kepalanya dari badannya. Adapun Pemancaran itu asal
kata dari PEMANCAHAN, Pemancahan berarti perpotongan maka
sampai sekarang tempat itu dinamakan Pemancaran.
Saudara Lumija Ralang bernama LUMIJA RALANG BATIN
pulang ke Pantau dan mengabarkan kepada ratu Raja Alam bahwa
kakaknya telah tewas oleh bangsa Inggris, maka oleh Ratu
diambilkan sebuah tapis dikudungkan diatas kepala LUMIJA
RALANG BATIN, berarti adiknya itu bukan laki-laki hanya
seorang perempuan, karena tidak mau meneruskan peperangan
kakaknya itu, karena Lumija Ralang Batin merasa malu dan beliau
itu terus melarikan diri dari Penggawa Lima dengan tidak memberi
kabar sampai hari tuanya. Setelah berhenti perang Raja-Raja
Penggawa Lima serta sekalian pasukan Penggawa Lima pulang
dengan masygulnya, karena mengingat kekalahan dalam
peperangan itu, demikian bangsa inggris, setelah Penggawa Lima
dapat ditaklukkan, mereka akan kembali pulang ke Bengkulu,
mereka telah merasa senang membawa kepala dari Raja Alam ke
Bengkulu, lalu oleh Inggris diangkatlah Raja atau Raja Alam itu
keatas kapalnya kemudian setelah siap sekalian mereka akan
berangkat kapalnya telah dihidupkan mesinnya, tetapi kapal itu tak
dapat bergerak dari tempatnya, tiga hari mereka itu bekerja
mencari kesalahan kapalnya, tetapi tidak ada satupun yang rusak,
kemudian mereka kembangkan layarnya sedangkan anginpun turun
dengan baiknya, tetapi anehnya kapal itu tidak mau juga bergerak
dari semula, maka diluar dugaan, TENGKORAK kepala itu
bersuara, dikatakan bahwa kapal tidak akan bisa berjalan kalau
kepala itu belum diantarkan dahulu ke Pantau Penggawa Lima,
karena perlu untuk menyampaikan amanat kepada Ratunya disana.
Mendengar semua itu semua isi kapal tercengang, dan kemudian
mereka bermufakat akan membawa kepala itu ke Pantau Penggawa
Lima. Lalu mereka berangkat membawa tengkorak Raja alam itu.
Setelah sampai di Pantau, lalu tengkorak itu berkata kata kepada
sang Ratu dan menyampaikan amanat yang perlu diketahui, sedang
kepala itu menyampaikan amanat, tidak boleh ada yang
mendengarkannya, Ratunya menerima amanat dari suaminya kalau
anak mereka yang dalam kandungan lahir, maka nanti disuruh
mencari pamannya Lumija Ralang Batin, dan pula berikan pula
sawah pusaka dan tanah kering untuk penghidupannya, dan
banyaklah amanat-amanat yang penting yang disampaikan kepada
Ratu itu.
Demikianlah sesudah habis apa yang diamanatkan, lalu bangsa
Inggris pulang kembali dengan membawa tengkorak Raja alam ke
kapalnya lalu berangkatlah mereka ke Bengkulu. Maka dari itu
keadaannya sesudah bangsa Inggris berkuasa, mereka melakukan
penindasan dan pemerasan kepada rakyat jajahannya, sebagai
cambuk dan pedang dengan melakukan penyiksaan yang kejam
terhadap rakyat laki-laki maupun perempuan, bahkan terhadap
anak-anakpun, maka rakyat menghela nafas kesedihan dan
kemelaratan, demikianlah bangsa Inggris melakukan pemerasaan
dengan semau-maunya, bertindak luar biasa yang tak dapat
digambarkan oleh akal dan fikiran. Maka beberapa bulan sesudah
itu dengan takdir Allah lahirlah yang dalam kandungan Ratu, anak
dari almarhum Lumija Larang Pantau, di Pantau. Anak itu diberi
nama oleh Penggawa Limanya nama RAJA ALAM ke V atau
RAJA ALAM MANYINGGOK LUNGKUNG.
Anak ini dengan tak berasa lama dari tahun ketahun sampailah
umumya lebih kurang sepuluh tahun. Lalu amanat itu disampaikan
oleh ibunya kepada anaknya itu supaya dilaksanakan, maka
berangkatlah Raja alam ke V, diiringkan oleh pahlawan-pahlawan
menuju ke Bengkulu, di Bengkulu tak ada mereka bertemu dan tak
ada kabar disitu, lalu kembali terus ke Lampung, disitupun tak
menjumpai bahkan kabar beliau tak dijumpai disitu, setelah beliau
merasa putus asa, maka pulanglah mereka kembali ke Penggawa
Lima. Setelah mereka kembali di Penggawa Lima ada terdengar
kabar bahwa di pulau Pisang ada orang dari Penggawa Lima tetapi
namanya bukan Lumija Larang Batin, melainkan namanya KILAT
MALIKAT, dan tidak membuang waktu, terus Raja alam
berangkat menuju ke pulau Pisang, maka itu bertemulah Raja
Alam dengan pamannya, tetapi beliau itu telah menukar namanya
ialah KILAT MALIKAT itu, setelah itu diajaklah pulang oleh
Raja Alam ke Penggawa Lima, lalu berangkatiah mereka, sesampai
di Pantau, lalu diserahkannya sebidang sawah pusaka dan tanah
kering kepada pamannya itu, sampai sekarang ini masih tetap
kepunyaan/dimiliki oleh keturunan Lumija Larang Batin.
RAJA ALAM MENYINGOK LUNGKUNG (RAJA ALAM KE-V)
Beliau ini seorang gagah perkasa, beliaupun ditakuti oleh lawan
maupun kawan, sebabnya beliau dinamakan Raja Alam
Menyingok Lungkung, karena menurut cerita didalam
kerongkongan beliau itu bersaranglah menyingok tabuan(lebah?),
apalagi beliau bersuara, atau berkata keras, maka berhamburanlah
menyingok tabuan itu keluarlah dari mulutnya atau dalam
kerongkongan beliau dan akibatnya, siapa saja yang berdekatan
dengan beliau tentu disengat tabuan itu, maka oleh karena itu
beliau jarang sekali bersuara kencang, suara beliau selalu pelan dan
kecil, mulut beliau itu selalu tertutup, begitulah menurut sepanjang
yang diceritakan. Sebagai bukti, menurut orang-orang tua kalau
ada diantara isi (keluarga) Lamban Gedung yang akan meninggal
dunia, atau ada bahaya yang akan menimpa lalu berdatanganlah
tabuan-tabuan itu dan tanda tabuan yang dimaksudkan itu lebih
agak besar dari tabuan biasa, begitulah beliau itu. Yang sangat
digemari oleh beliau ialah pergi bertapa, tempat beliau itu bertapa
ada satu gua (Salai) dan di dalam gua itu ada sebuah batu yang
besar lebih kurang ada satu meter lebih dan panjangnya ada dua
meter lebih. Dan di mana tempat gua itu berada didalam hutan
yang begitu lebat yang belum di datangi manusia satupun, dan lagi
tempat itu jauh sekali dari Pantau disitulah tempat beliau berbulanbulan
bertapa sendirian saja beliau bertapa diatas batu yang ada
ada digua itu dan tidak jauh dari gua itu ada mengalir satu sungai
yang di namakan WAIJ NGISON, tempat itu sekarang telah di
buka orang dan ditengah antara 2 kebon disitulah bekas tempat
Raja Alam bertapa yang sekarang dinamakan BATU KETAPA
(DARAK SALAI).
Raja Alam ada mempunyai seorang adik bernama DALOM
BAHIMA, begitulah pada suatu masa Raja Alam kepada Raja-raja
Penggawanya, teringatlah beliau akan amanat yang disampaikan
oleh ibunya (Ratu), yang mana amanat itu sewaktu kepala Lumija
Ralang Pantau dikembalikan, ke Pantau oleh Inggris dulu, beliau
suruh datang adiknya yang namanya Dalom Bahima, setelah
Dalom Bahima datang duduk disampingnya, lalu beliau
menyampaikan pula amanat itu kepada Dalom Bahima, katanya ;
dahulu ayah kita berperang melawan bangsa Inggris dipesisir utara,
sebelumnya terjadi perang terlebih dahulu Penggawa Lima telah
bermufakat dengan kerajaan Sulung bahwa kita akan bersamasama
dengan kerajaan Sulung menantang bangsa Inggris yaitu
akan melawan Inggris berperang.
Kedua belah pihak telah setuju yaitu sehidup semati melawan
Inggris, kemudian berangkatlah bala tentara dari Penggawa Lima
dan sampai di kerajaan Sulung, mereka telah siap pula, lalu mereka
berangkatlah bersama-sama menuju pesisir utara menghadang
bangsa Inggris. Dijalan pesisir utara, dengan maksud supaya
jangan terjadi peperangan didalam kota kerajaan, setelah terjadi
peperangan, maka tentara kerajaan Sulung telah melakukan
pengkhianatan terhadap Penggawa Lima, bahkan kerajaan Sulung
telah mengadakan perjanjian dengan bangsa Inggris sebelumnya
terjadi perang, mereka menyatakan tidak bermusuhan dengan
bangsa Inggris, bahkan mereka akan melawan bangsa kerajaan
Penggawa Lima dan bersedia membantu kalau Inggris terjadi
peperangan dengan kerajaan Penggawa Lima, maka diatur oleh
Inggris supaya sekalian pasukan kerajaan Sulung mesti memakai
kain merah diikatkan dikepala itu tandanya pasukan Raja Sulung,
Bangsa Inggris merasa senang dan pernyataan itu diterima baik
oleh Inggris, dan dengan adanya tanda merah dikepala itu dapatlah
Inggris membedakan mana lawan dan mana kawan, maka setelah
terjadi perang, kenyataanlah rahasia Raja Sulung itu sehingga
terjadi kekalahan, karena segala siasat perang dari Penggawa Lima
diketahui oleh Inggris. Maka semuanya itu telah dibicarakan
kepada Dalom Bahima. Dan mendengar itu Dalom Bahima sangat
marahnya, lalu beliau ini diserahi tugas untuk membalaskan
dendam terhadap kerajaan Sulung, lalu Dalom Bahima
mengumpulkan beberapa pahlawan, hulubalang dan rakyatnya di
Pantau, begitu pula dikerahkannya kelima Raja-raja Penggawanya
membawa sekalian pahlawan-pahlawan berangkat akan menyerang
kerajaan Sulung di Waij Sindi.
Setelah semuanya siap, maka berangkatiah mereka sekaliannya
menuju Waij sindi, setelah mereka sampai terus menyerbu rakyat
kerajaan Sulung, dan oleh karena kerajaan Sulung tidak
mengetahui bahwa akan kena serang, maka sudah tentu banyak
rakyatnya jadi korban. Mereka menyerang dengan ganas sekali
dengan tidak mengenal ampun terhadap siapa yang mereka jumpai,
disitu bertimbun-timbun mayat dari kerajaan Sulung, dan yang
masih hidup terus melarikan diri masuk hutan dan tak sempat lari
terus terjun masuk sumur dan lain-lain, begitulah yang dilakukan
oleh Penggawa Lima terhadap kerajaan Sulung.
Dan setelah diperiksa tidak ada lagi mereka bertemu dengan orangorang
kerajaan Sulung, lalu Dalom Bahima mengumpulkan
sekalian rakyatnya, disitu ternyata ada dua orang lagi rakyatnya
yang belum hadir, kemudian mereka mencari kedua orang tersebut.
Kemudian berjumpa dilihat keduanya telah mati terbunuh. Lalu
berangkatlah mereka kembali ke Penggawa Lima, sesampainya
ditempat, lalu Dalom Bahima memberi laporan kepada Raja Alam,
bahwa segala apa yang telah mereka lakukan itu diceritakan
semuanya, dan mendengar laporan itu Raja Alam Menyingok
Lungkung merasa senang karena amanat telah ditunaikan dengan
baik. Selang beberapa tahun dari kejadian itu, maka datanglah pula
utusan dari Bengkulu, utusan bangsa Belanda datang ke Penggawa
Lima mengatakan supaya Raja Alam akan datang ke Bengkulu,
sebab akan mengadakan perdamaian katanya, maka kepada utusan
Raja Alam menjawab, tak soal yang perlu dipersoalkan dengan
Belanda, dan supaya disampaikan ke Bengkulu, bahwa Raja Alam
minta supaya pihak Belanda janganlah mempengaruhi Penggawa
Lima, padahal Belanda akan menundukkan Penggawa Lima dan
kalau perlu dengan kekerasan senjata.
Begitulah kalau Tuhan menhendaki, pada tahun 1822 pihak
Belanda mendatangkan bcberapa banyaknya serdadu-serdadunya
mereka datang dari arah pesisir utara, dan berjalan dari
Bengkulu§§§ yang dikepalai oleh DR. L NOMMONSON yang
maksudnya akan menundukkan Penggawa Lima, akan tetapi Raja
Alam telah mengetahui kedatangan pasukan Belanda, lalu Raja
Alam Menyingok Lungkung mengadakan musyawarah di
Penggawa Lima bertempat di Pantau, disitu mereka bermufakat
akan mengadakan perlawanan terhadap Belanda yang akan
menyerang mereka, lalu Raja Alam serta kelima Raja
Penggawanya mengumpulkan sekalian pahlawan-pahlawan,
hulubalang-hulubalang dan rakyatnya sekalian, berangkatlah
mereka sekalian itu kepesisir utara, ditengah jalan mereka bertemu
dengan pihak Belanda, maka terjadilah pertempuran yang sangat
seru sekali, serangan yang pertama itu pihak Belanda banyak
menderita kekalahan, dan mundur, oleh karena banyaknya pasukan
dari Penggawa Lima. Padahal pihak Belanda tidak begitu seperti
pasukan Penggawa Lima, maka dari itu Belanda mendatangkan
bala bantuan dari Bengkulu, kemudian terjadi lagi pertempuran
yang lebih seru lagi. Oleh karena senjata dari pihak Belanda lebih
sempurna, maka pertahanan Penggawa Lima tidak dapat
dipertahankan lagi, lalu mereka mundur ke CUKUH MERSA, di
Cukuh Mersa lah dijadikan pertahanan Penggawa Lima, dan semua
rakyat yang lemah, anak-anak wanita dan orang-orang tua
disingkirkan ke PEKON TEBA tetapi bangsa Belanda mengejar
terus dan terjadilah lagi pertempuran yang hebat, di Cukuh Mersa
mereka pertahankan sungguh-sungguh, oleh karena pertempuran
melawan Belanda tak sama senjatanya, maka pasukan Belanda bisa
juga menerobos ke Cukuh Mersa dan terpaksa Penggawa Lima
mundur lagi ke PEKON TEBA, begitu pula bagi orang-orang
pengungsian yaitu orang-orang tua, anak-anak, perempuanperempuan
yang disingkirkan ke PEMATANG GEDUNG, karena
di Pekon Teba dijadikan pertahanan Penggawa Lima dan
celakanya pihak Belanda terus saja mengejar dimana mereka
berada, lalu terjadi serang menyerang pula dan sehingga tidak
sedikit korban yang bergelimpangan. Pertempuran terjadi disiang
§§§ Bengkulu diambil alih oleh pemerintah kolonial Belanda tahun 1825. dikutip dari : BENGKULU ‘TANAH
HARAPAN’SELINTAS SEJARAH BENGKULU 1908 -1941 oleh Dr. Lindayanti. M.Hum.
hari, sedang dimalam hari mereka berhenti berperang. Setelah itu
pertahanan Penggawa Lima dapat pula diterobos oleh pasukan
Belanda dan pertahanan itu telah jatuh kepihak Belanda, lalu Raja
Alam mundur lagi ke Pematang Gedung, disitu sekalian rakyat
disingkirkan ke Pantau, karena di Pematang Gedung dijadikan
pertahanan mereka, disitu mereka buat pertahanan yang kuat
sekali, tetapi fihak Belanda menyatakan damai dan pihak Belanda
minta bantuan lagi dari Bengkulu. Setelah bantuan mereka datang,
maka terjadi pula penyerbuan yang dahsyat antara rakyat yang
menunggu ditengah jalan, yang mana rakyat sedang ditugaskan
ditempat itu, oleh karena pasukan Belanda tak mengira dijalan itu,
pertahanan Penggawa Lima, maka banyaklah pula korban dipihak
Belanda disitu, tetapi karena mereka bersenjata lengkap, maka
rakyat yang ditugaskan jaga disitu kalah sehingga Belanda
meneruskan perjalanannya menuju ke PEMATANG GEDUNG,
setelah mereka sampai dikaki bukit itu, tiba-tiba diserbu oleh
pasukan Penggawa Lima, maka peperangan tetap berkecamuk,
rakyat Penggawa Lima dengan semangat menyala-nyala, terus
menyerang dengan tidak memperdulikan senjata-senjata Belanda
yang lengkap. Banyaklah korban dari kedua belah pihak yang
tewas, pasukan Penggawa Lima tidak bisa dibendung lagi karena
marahnya, sebegitu banyak rakyat yang tewas, tetapi begitu pula
yang menyerang datang, setelah dipertahankan mati-matian,
Pematang Gedung itu maka dapat juga diterobos oleh pasukan
Belanda.
Maka sekalian pasukan Raja Alam mundur ke Pantau, segala bala
tentaranya Raja Alam telah berkumpul, maka Pantau dijadikan
segala pusat pertahanan atau benteng terakhir bagi pihak Penggawa
Lima, dari Pantau ini mereka bergerilya di waktu malam hari ke
pihak Belanda di Pekon Teba itu, setelah berulang-ulang kali
pasukan Belanda mendapat serangan dimalam hari, maka pada
suatu waktu mereka mengatur pasukannya yang kuat sekali datang
ke Pantau untuk menyerang, lalu terjadilah pertempuran yang
hebat sekali, keduanya tak mau mudur, mereka serang menyerang
kadang kala satu lawan satu, karena senjata pasukan lebih kuat
dipihak Belanda, sedang pasukan dari Penggawa Lima hanya
memakai panah, tombak, pedang dan sebagainya, maka
kelihatanlah lemahnya dipihak pasukan Penggawa Lima, mereka
tak dapat bertahan lebih lama terhadap serangan Belanda tersebut.
Setelah Raja Alam melihat gelagat mereka akan kalah, maka Raja
Alam dengan kelima Raja Penggawanya menanyakan musyawarah
sekiranya pertahanan di Pantau ini tidak dapat dipertahankan lagi,
maka kita harus menyerahkan atau biar kita musnah sekaligus
disitu, dan mereka berpendapat bahwa kita harus lari saja masuk
hutan, dan Pantau biarkan terserahkan, kemudian kalau nanti kita
mendapatkan pikiran dan kekuatan lagi disitu kita akan
membalaskan kekalahan kita, maka setelah mereka itu mengambil
keputusan, lalu mereka itu dengan tak memberitahukan kepada
sekalian pahlawan-pahlawan mereka pergi masuk hutan yang lebat,
sehingga tak mungkin dapat dicari oleh pasukan Belanda lagi.
Sedang pertempuran itu berjalan terus sambil mundur mereka tak
melihat lagi Rajanya, disitu pasukan Belanda terus menerus
menyerang yang akhirnya dapat masuk ke Pantau dan pasukan
Penggawa Lima kucar-kacir yang kemudian menyerahlah. Disitu
pasukan Belanda menanyakan dimana Raja Alam, maka mereka
menjawab saja bahwa mereka tidak tahu, oleh karena memang
tidak tahu rakyat Penggawa Lima dengan dimana Raja alam
berada. Tetapi pihak Belanda tidak percaya, sehingga banyak yang
disiksa untuk mencari Raja Alam tersebut sampai ketemu. Tetapi
rakyat tetap tidak mau, walaupun mereka disiksa, dibunuhpun
mereka tidak mau memberitahukan rakyatnya. Oleh Raja Alam
dan kelima Raja-raja Penggawanya tidak dapat ditawan oleh
mereka, maka mereka melakukan mengambil tindakan merampas
semua harta kekayaan kerajaan di Pantau dan menawan rakyatrakyat
dan pahlawan-pahlawan Penggawa Lima. Mereka semua
menjadi barang rampasan mereka dan orangnya menjadi tawanan
untuk dibawa ke Bengkulu. Sejak itulah Belanda mulai memaksa
rakyat untuk bekerja membuat jalan dan jembatan. Bekerja siang
malam, selain itu senantiasa menghisap dan menindas rakyat,
sehingga banyaklah mereka itu mati kelaparan dan sebagai bangkai
yang tak bergerak dan tak berperasaan, terutama bahan makanan
mereka dirampas oleh Belanda, jiwa mereka sangat tertekan, juga
disamping itu Belanda menimbulkan benih-benih perpecahan
diantara rakyat-rakyat diadu dombakan antara satu dengan yang
lainnya, Raja-raja yang berpengaruh dilumpuhkanya, dipecah
belah menjadi beberapa kerajaan kecil-kecil saja, dengan maksud
supaya tidak mempunyai daya kekuatan lagi, keangkuhan dan
kekuatan semata-mata hanya dijalankan guna mendapatkan
keuntungan yang besar yang didapat, dan yang tak mungkin
dilupakan rakyat Penggawa Lima.
Akan begitu pula keadaan Raja Alam dan kelima kawan-kawannya
mereka berada didalam hutan rimba itu, mereka berbulan-bulan
dan bahkan bertahun-tahun lamanya. Dan setelah mereka
mengalami bermacam-macam penderitaan, tetapi mereka itu tak
pernah mengeluh, sebagai kata pepatah
"adat teluk timbunan kapal, adat tua menanggung ragam"
Setelah cukup mereka bertapa itu, lalu berangkatlah pulang
kembali ke Pantau, Penggawa Lima, disitulah berjanji teguh,
bahwa mereka akan menuntut balas dalam kekalahan mereka yang
lampau, dan setelah mereka melihatan keadaan rakyat-rakyat di
Penggawa Lima yang begitu menderita, dan diantaranya banyak
yang ditawan Belanda, tidak juga dipulangkan ke Penggawa Lima
maka berkumpullah kembali mereka membicarakan rencana akan
membalas dendam itu.
Lalu masing-masing Raja dan pahlawan-pahlawan Penggawa Lima
telah membulatkan tekadnya, kalau berjalan sampai kebatas kalau
berlayar sampai ke pulau, maka dengan berhati-hati mereka
mengumpulkan senjata dan perbekalan-perbekalan yang akan
mereka bawa berjalan, tetapi hal ini mereka rahasiakan, karena
dimana-mana telah ada didudukan sebagai wakil-wakil dari bangsa
Belanda, karena itu mereka dengan secara diam-diam melakukan
sepanjang yang dimaksudkan itu, sebagai juga kata pepatah yang
mengatakan membuhul jangan membuku, mengulas jangan
mengesan. Yang berarti rahasia tak boleh diketahui oleh musuh.
Maka bergeraklah mereka berjalan menuju ke Bengkulu dijalan
Raja Alam tak lepas membangkitkan para pahlawan-pahlwannya
supaya mereka semangat dan tak gentar ataupun mundur dalam
menghadapi pasukan Belanda nanti. Dengan tekadnya : dari pada
hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah.
Berbulan-bulan mereka diperjalanan maka sudah dekatlah kota
Bengkulu itu, maka mereka mencari suatu tempat yang tak mudah
akan diketahui oleh orang. Setelah mereka bertemu tempat yang
baik bagi mereka, lalu dibuatlah kubu-kubunya dan menetaplah
mereka disitu juga.
Setelah beberapa hari mereka disitu lalu mereka merencanakan
penyerangan ke tempat Belanda berada. lalu pada malam harinya,
pergilah mereka berjalan menuju benteng-benteng tempat Belanda
beristirahat/bersenang-senang (Marlborough?). Setelah dekat
mereka disitu, mereka melihat banyaklah Belanda sedang
berdansa-dansa dan sebagian besar sudah tertidur. Maka pintu
dipecahkan lalu mereka terus masuk dan menyerang dengan
hebatnya, sehingga orang-orang Belanda yang sedang berdansa
habis terbunuh, begitu pula yang telah tertidur dapat dibunuh
mereka. maka datanglah bantuan dari mana-mana lalu terjadi
pertempuran dengan Belanda yang baru datang tersebut. semalammalaman
mereka tak henti-hentinya mereka saling serang
menyerang, maka setelah malam hampir pagi, mundurlah sekalian
rakyat Raja Alam ketempat mereka semula, dan pada siang hari
mereka bersembunyi tidak kelihatan, setelah malam hari mereka
pergi lagi menyerbu, begitulah mereka lakukan selama tiga malam
berturut-turut.
Maka pihak Belanda mengirimkan mata-matanya kemana-mana
mencari tempat persembunyian Raja Alam itu, maka diantara
mata-mata itu ada yang mengetahui tempat dimana Raja Alam
berada. lalu dilaporkan kepada pihak atasannya. Keesokan harinya
dikerahkan beberapa banyaknya pasukan serdadu-serdadu Belanda
datang ketempat itu, setelah mereka sampai disitu, lalu terjadilah
pertempuran yang mana keduanya tak mau mundur, oleh karena itu
serdadu Belanda tak begitu banyak bila dibandingkan dengan
tentara Raja Alam, maka akhirnya serdadu-serdadu mundur, lalu
datang pula bantuan mereka itu, dan terjadi lagi pertempuran tetapi
tak lama kemudian pahlawan BAWOK ULUNG menaikkan
bendera putih minta perdamaian, lalu perang berhenti.
Kemudian pihak Belanda menanyakan dimana Raja Alam, dijawab
oleh pahlawan Ulung, bahwa Raja Alam sedang mandi, lalu
ditunggu oleh pihak Belanda dan setelah lama-lama ditanya lagi
oleh Belanda, lama benar Raja Alam mandi? lalu dijawab pula
Raja Alam sedang berdandan, dan setelah hampir malam, lalu
ditanya lagi kemana Raja alam ? lalu mereka dipersilahkan masuk.
Setelah mereka itu masuk dilihat oleh mereka bahwasannya Raja
Alam Manyingok Lungkung sedang duduk dikursinya sambil
menghisap cerutu yang lalu dihampiri oleh kepala dari pasukan
Belanda itu dan apa yang terjadi? ternyata Raja alam telah tidak
bernyawa lagi, Raja Alam telah wafat!
Maka terkejutlah mereka sekalian yang melihat, setelah diamatamati
dengan sungguh-sungguh dan benar-benar telah mati, maka
berangkatlah serdadu-serdadu itu memberi laporan lalu dibawalah
mayat beliau itu untuk diperiksa setelah diperiksa kernudian
dikembalikan kepada rakyat Raja Alam dan mereka urus dengan
semestinya. Lalu dikuburkan ditengah-tengah padangan
Bengkulu****, maka sampai sekarang ada makam beliau itu, beliau
ada meninggalkan seorang putranya bernama RADIN INTAN.
**** Dikompleks pemakaman pangeran Sentot Alibasha, Bengkulu.
RADIN INTAN ( RAJA ALAM KE VI)
Setelah Raja Alam ke V wafat, digantikan Radin Intan yang
menggantikan Raja Manyingok Lungkung di Penggawa Lima,
begitu pula beliau ini tak sunyinya dari bertapa dimana bekas
pertapaan mendiang ayahnya dahulu itu, beliaupun tak lepas
ingatan dari segala macam penderitaan almarhum ayahnya dahulu.
Beliau tetap menaruh dendam terhadap bangsa Belanda. Pekerjaan
beliau selain bertapa beliau memungut sekalian salai-salai yang
ada dipesisir Krui, yang menurut surat kepercayaan penuh dari
Kanjeng Sultan di Banten dahulu, begitulah yang dikerjakan oleh
Radin Intan kemudian hasilnya dibawa beliau ke Banten untuk
dijual. Juga beliau ini selalu menggerakkan rakyatnya berusaha
memperkuat pertanian terutama sawah-sawah yang belum jadi
diusahakan.
Beliau ada mempunyai seorang adik yang bernama RAJA TUAN
JAWA yang sejak kecilnya diserahkan kepada seorang
bangsawan/pahlawan kerajaan Banten untuk mempelajari ilmuilmu
yang diperlukan, begitulah pada suatu masa beliau pergi
SIBA ke Banten menemui saudaranya itu, dan setelah keduanya
bertemu berkabar-kabarlah keduanya, yang oleh Raja alam ke VI
dikabarkannya bahwa almarhum ayah mereka telah wafat di
Bengkulu. Semuanya diceritakan kepada saudaranya itu, maka
Radin Tuan Jawa diajak pulang ke Penggawa Lima, maka
pulanglah keduanya. Adapun Radin Tuan Jawa kedua belah
matanya kelihatan buta, tetapi dalam penglihatannya terang.
Pada suatu masa Raja akan berniat pergi ke Bengkulu akan
membalas dendam terhadap kematian ayahnya dulu, karena
kekhawatiran beliau tidak ada lagi karena saudaranya Radin Tuan
Jawa telah berada di Pantau Penggawa Lima, beliau ini dapat
tempat dari Raja Alam yang menyerahkan Penggawa Lima dan
untuk memeliharakan Ratunya kalau ditinggalkannya, maka Radin
Tuan Jawa diserahkan sebagai gantinya sementara ia akan pergi
itu. Maka sedang Raja Alam memikirkan kepergiannya itu ia
teringatlah kepada kawan-kawan yang seketerunan dengan beliau
dilain tempat yaitu beliau panggil dari Seraij Kaya Kembahang
nama Radin Teruna ke Penggawa Lima, dan disini diberikan
persawahan dan tanah kering yang mana tempatnya dinamakan
ATAR WAIJ NGISON, inilah keturunan Haji Bahsan, dan beliau
panggil pula dari TORGAK, yang bernama RADIN SEMPORNA,
dan di Penggawa kemudian dinikahkan pada adiknya yang
bernama WALANG dan diberikan tanah basah dan tanah kering
untuk penghidupannya, inilah keturunan kampung BINTANG.
Beliau panggil dari kota Besai bernama RADIN LANCA, yang
kemudian dinikahkan pada adiknya yang bernama SINAH dan
diberinya tanah basah dan tanah kering yang dinamakan ATAR
JAMBAT, inilah keturunan Radin Mas. Beliau juga memanggil
dari Balik Bukit yang bernama OEGORAN diberinya tanah basah
dan tanah kering, inilah keturunan ABDUL KARIM, beliau
panggil dari SUWOH yang bernama RAMBAIJ TIGA BERNAK,
ketiganya tinggal di LAMBAN GEDUNG, diberinya tanah basah
dan tanah kering inilah keturunan Mata Pulis dan Jimat Liju. Maka
tidak berapa lamanya dari itu.
Raja Alam mengumpulkan sekalian Raja-raja Penggawanya serta
hulubalang-hulubalangnya di Pantau, disitu mereka musyawarah
mengajak akan pergi ke Bengkulu dengan niat akan menuntut bela
kematian ayahnya dahulu, kemudian mufakatlah sekaliannya dan
akan berangkat ke Bengkulu itu, Raja Alam menyerahkan
Penggawa Lima kepada saudaranya Radin Tuan Jawa, lalu
berangkatlah mereka itu serta pengiring-pengiringnya berjalan
menuju kesebelah selatan, beberapa lama diperjalanan lalu mereka
sampai di daerah Lampung. Disitu mereka sekalian sadar, bahwa
perjalanan mereka itu sesat, bukannya Bengkulu melainkan daerah
Lampung, mereka terus juga berjalan dan bertemulah mereka
dengan beberapa pahlawan yang berjaga disitu, lalu mereka ditegor
bahwa jalan itu adalah jalan larangan dan tidak boleh dilalui oleh
siapapun dan karena disitu ada kerajaan yang gagah berani
bernama......................... tetapi larangan itu tidak dihiraukan oleh
Raja Alam dan rakyatnya, mereka terus juga melalui tempat itu,
maka penjaga memberitahukan kepada rajanya, dan Raja ...........
Terlalu marahnya dan mengerahkan beberapa pahlawan,
hulubalang dan rakyatnya untuk mengusir siapa yang melanggar
larangan itu, dan setelah bertemu maka terjadilah peperangan yang
hebat sekali, mereka keduanya saling serang menyerang tak hentihentinya,
maka jumlah korban bukan sedikit, setelah mereka
berperang berhari-hari, lalu tertangkaplah salah seorang pahlawan
dari negara itu dan orang itu terlalu garangnya, setelah orang itu
tertangkap maka diserahkan kepada Raja Alam dan oleh Raja
Alam orang itu dijinak-jinakan sehingga patuh kepadanya, disitu
Raja Alam menanyakan keadaan dari rajanya, maka dijawab oleh
pahlawan yang tertawan itu bahwa rajanya takkan dapat dibunuh
kalau tak diambil keris yang ada dibubungan rumahnya, maka
dengan keris itu dapat dibunuhnya katanya, lalu Raja Alam
menyerahkan pada pahlawan itu sendiri yang akan mengambil
keris itu, dengan berjanji kalau sudah dapat dan diserahkan kepada
Raja Alam, pahlawan itulah yang akan menggantikan kerajaan
disitu. Maka pahlawan itu pergilah mengambil keris itu, yang lalu
diserahkan kepada Raja Alam. Kemudian berperanglah Raja Alam
melawan raja itu setelah mereka tikam menikam banting
membanting lalu keris Raja Alam dapat ditikamkan kepada raja itu
yang tepat mengenai dadanya yang langsung tembus, hingga
matilah raja tersebut.
Setelah raja itu mati, maka diserahkannya kepada pahlawan
tahanan yang menjadi Raja dikerajaan itu. Peperangan berhentilah
dan korban jiwa rakyat tidak sedikit, diantara rakyat yang telah
menjadi korban, banyak pula yang telah menjadi cacat badannya,
lalu rakyat Penggawa Lima mereka meminta kepada Raja Alam
supaya mereka itu menetap saja di Lampung, karena mereka tak
sanggup akan berjalan pulang ke Penggawa Lima lagi, sehingga
mereka itu telah beranak, bercucu, dan menjadi dua buah kampung
yang berasal dari Penggawa Lima (?).
Begitu pula raja yang diangkat Raja Alam itu dengan berjanji
teguh akan bela-membela apabila salah satu ada yang kesusahan,
lalu sebagian rakyat Penggawa Lima, karena bekal mereka hampir
habis dan sebagian diajak Raja Alam ke Bengkulu. Setelah itu
berangkatlah sebagian yang akan pulang kembali ke Penggawa
Lima, sampai mereka di Pantau lalu diceritakan mereka pada yang
telah terjadi di Lampung itu, dan Raja Alam serta sebagian
meneruskan perjalanan ke Bengkulu juga. Dan Raja Alam dengan
pengiringnya berjalan siang dan malam, naik bukit turun bukit
menuju Bengkulu. Setelah berbulan-bulan mereka diperjalanan
maka sampailah mereka itu ke Bengkulu. Setelah mereka
menyampaikan maksud dan tujuannya (berperang)kepada Belanda,
lalu Raja Alam lari ke MOKO-MOKO, disitu beliau itu
menyembunyikan diri karena selalu dikejar-kejar oleh pihak
Belanda, disitu Raja Alam beristri dan mempunyai anak pula,
sehingga lama kelamaan berkembanglah anak cucu Raja Alam
disana, adapun Raja Alam setelah diketahui Belanda beliau itu
berada disana lalu dikejar dan ditangkap, beliaupun lari ke
KALIANDA LAMPUNG maka teruslah riwayatnya Raja Alam ke
VI (RADIN INTAN).
RADIN GEDANG (RAJA ALAM VII)
Setelah bertahun-tahun lamanya Raja Alam ditunggu-tungu tak
pernah kembali di Penggawa Lima, maka raja-raja Penggawa
mengangkat Radin Gedang ke I (RAJA ALAM KE VII)
menggantikan memegang Pengawa Lima. Dizaman Radin Gedang
ini Pihak Belanda†††† menggantikan nama-nama yaitu raja-raja
disebut nama PASIRAH-PASIRAH KEPALA dan nama marga
tetap dinamakan Marga .Tetapi Raja Gedang selalu tidak juga mau
menuruti perintah Belanda, beliau tetap menaruh dendam terhadap
Belanda, beliau masih tetap akan mengadakan pemberontakkan
kepada Belanda.
Pada suatu masa beliau memanggil saudara-saudaranya yang
seketurunan dari beliau nama RALANG LIJU, sampai di
Penggawa Lima diberinya tanah basah dan kering, inilah
kekuturunan M. YUSUF, dan dari KENALI beliau panggil nama
TERAJU BASA, dan sampai di Penggawa Lima diberinya tanah
basah dan kering, inilah keturunan MAT SATAR, dan kemudian
menyusul lagi nama MAK ANGKUH, sampai di Penggawa Lima
diberinya tanah persawahan. Inilah keturunan PEMANGKU
BAHIK, dan menyusul pula dari SUKAU, yang namanya
SINDANG ALAM, dan bersatu dengan MAT YUSUF dan inilah
keturunan DOBHAN.
Maka dengan kehendak Allah pada suatu masa diidatangkan dari
Bengkulu dua buah kapal yang penuh berisi serdadu-serdadu
††††
Pada masa pemerintahan Asisten Residen Knoerle (1830-1833) di wilayah Kaur, Krui, Muko-Muko, dan Silebar ditempatkan
kembali seorang posthouder. Selain itu, Knoerle juga mengeluarkan berbagai kebijakan yang memicu kemarahan elit pribumi,
misalnya peraturan tentang penghapusan gelar kepangeranan dengan hak-hak tradisionalnya dan diadakannya reformasi dalam sistem
pengadilan. Dilanjutkan pada tahun 1832 Knoerle mengeluarkan kebijakan wajib tanam lada kepada kepala adat di distrik-distrik
mulai dari Seluma sampai ke Kaur. Setiap kepala keluarga diwajibkan menanam 700 batang pohon lada (Piper ningrum L.),
sedangkan untuk seorang bujang berusia di atas 15 tahun diwajibkan menanam 300 batang. Wajib tanam ini tidak diberlakukan
secara serentak, dimulai dari Kampung Sedada ( Krui) yang melibatkan 25 orang kepala keluarga. Selanjutnya, wajib tanam lada
diberlakukan juga di daerah-daerah lain, misalnya di Seluma meliputi dusun-dusun Seluma, Allas, Angalam, dan Tallo, di distrik
Lais, dan wilayah Muko-Muko (tahun 1833). Akan tetapi, percobaan penanaman lada ini tidak berjalan dengan baik karena tidak
mendapat dukungan dari penduduk. Penduduk tidak menyukai peraturan ‘wajib tanam lada’ dan para Anak Raja kecewa karena
kekuasaan tradisionalnya dikurangi. Mereka bersama-sama mengadakan perlawanan terhadap pemerintahan Knoerle. Pada 27 Juli
1833 tejadi kerusuhan yang berakhir dengan terbunuhnya Asisten Residen J Knoerle di dusun Tanjung Ibrahim. Setelah peristiwa ini,
untuk sementara pemerintahan Bengkulu dipegang oleh E.A. Francis. dikutip dari : BENGKULU ‘TANAH HARAPAN’SELINTAS
SEJARAH BENGKULU 1908 -1941 oleh Dr. Lindayanti. M.Hum.
Belanda, yang maksudnya akan menangkap Radin Gedang, karena
beliau itu selalu akan berontak kepada Belanda, setelah mereka
turun dari kapal, maka Radin Gedang mengetahuinya, maka Radin
Gedang mengumpulkan sekalian Pahlawan di Penggawa Lima
akan melawan Belanda yang sekarang sudah ada di KRUIJ. Lalu
Radin Gedang dengan pengiring-pengiringnya berjalan ke
pelabuhan dan sampai dipinggir pantai mereka bertemulah dengan
serdadu-serdadu Belanda yang maksudnya akan menangkap beliau
akan dibawa ke Bengkulu.
Setelah keduanya bertemu, maka terjadilah pertempuran antara
kedua belah pihak, mereka itu saling menyerang dengan tak
menghiraukan maut dan mereka tidak mau mundur, mereka saling
bertahan, maka disitu banyak sekali korban, maklumlah
persenjataan Belanda lebih komplit dan modern dan yang tidak
dipunyai oleh pasukan Penggawa Lima, tetapi walau begitu,
mereka dari Penggawa Lima maju terus bertempur berapa banyak
yang mati dan begitu juga yang datang, disitu kalang kabut juga
para serdadu-serdadu Belanda, kemudian para serdadu-serdadu
yang masih ada di kapal mereka turunkan untuk membantu
serdadu-serdadu yang lebih dahulu berperang itu.
Setelah bantuan itu datang, maka terjadi pertempuran yang lebih
hebat lagi, pekik-pekik tangis orang yang menyedihkan hati bagi
orang yang mendengarnya, tak ayal lagi banyak
bergelimpanganlah mayat-mayat ditempat itu, setelah Radin
Gedang melihat tak mungkin menang melawan Belanda itu, lalu
mereka menaikan tanda putih yang berarti menyerah kalah, lalu
Rading Gedang ditangkap dan sekalian kawan-kawannya dibawa
ke Pantau, diPantau serdadu-serdadu mulai merampas barangbarang
yang berharga. untuk menjadi barang rampasan mereka,
lalu Radin Gedang dibawa ke kapal mereka untuk dibawa ke
Bengkulu.
Setelah jauh berlayar dan sudah dekat dengan pulau Tikus
Bengkulu dengan takdir Allah timbulah angin taufan yang maha
hebat, berikut dengan hujan angin serta halilintar yang berbunyi
menggelegar memekakkan telinga yang seolah-olah dunia ini akan
kiamat. Sedang isi kapal didalam keributan itu Radin Gedang
beramanat pada saudara yang bernama WAKI, dan kepada yang
lain supaya memberi kabar ke Pantau kepada Ratunya, bahwa ia
tidak akan pulang lagi dan kemudian kapalpun terbenamlah masuk
ke dasar laut, semua isi kapal habis mati, tetapi dengan pertolongan
Tuhan saudaranya bertiga dapat berenang ke pantai dengan selamat
yang kemudian mereka bertiga sampai di Penggawa Lima
mengabarkan kapal yang ditumpangi Radin Gedang.
Begitu pula surat-surat berharga telah dirampas oleh Belanda,
seperti surat tangung menanggung dan surat kekuasaan penuh
sarang-sarang burung di pesisir Krui dan lain-lainnya. Dan setelah
beberapa lama terjadinya peristiwa itu, yang sangat menyedihkan.
lalu Penggawa Lima berhimpun di Pantau membicarakan siapa
yang akan menggantikan almarhum Radin Gedang untuk
memerintah di Penggawa Lima. Maka raja Penggawa dan orangorang
terkemuka meminta saran dari sang Ratu, siapakah yang
akan menggantikan untuk mengendalikan Penggawa Lima setelah
beliau meninggal tersebut ??? Maka. oleh anjuran Ratu,
maka saudaranya yang bernama JALAN gelar BENANG PUTIH
yang sekarang berada di Bengkunat yang akan mengganti Radin
Gedang itu.
Setelah mereka mendapat keputusan, lalu mereka itu bubar dan
pada hari yang telah ditentukan berangkatlah mereka itu menuju ke
Bengkunat, disitu mereka bertemu dengan Jalan gelar Benang
Putih, yang kemudian mereka menyampaikan kabar jika kepada
beliau, yaitu menceritakan kerjadian yang telah dialami oleh Radin
Gedang dengan kawan-kawannya yang tenggelam di dekat pulau
Tikus itu, dan kemudian mereka menyatakan bahwa kedatangan
mereka itu atas suruhan Ratu untuk memanggilnya datang ke
Penggawa Lima yang sekarang tidak mempunyai pemimpin itu,
dan setelah semuanya habis diceritakan pada Jalan Gelar Benang
Putih, maka mereka berangkatlah kembali ke Penggawa Lima
diiringkan oleh Jalan gelar Benang Putih.
Setelah mereka sampai di Penggawa Lima, lalu Ratu menemui
saudaranya Jalan gelar Benang Putih, disitu Ratu meminta kepada
Jalan gelar Benang Putih supaya Penggawa Lima beliaulah yang
akan menjadi ikutannya, maka bermufakatlah raja-raja Pengggawa,
yang kemudian mengangkat Jalan Gelar Benang Putih menjadi
kepala yang memerintah di Penggawa Lima. Kemudian Ratu
meminta pula kesediaanya untuk dinikahkan dengan MINAK
INTAN, janda dari RADIN BUDIMAN yang telah mempunyai
anak laki-laki dengan isterinya Minak Intan itu yang bernama
RADIN PERBASA dan permintaan Ratu itu dikabulkan pula oleh
Jalan gelar Benang Putih, dan ia kawin dengan Minak Intan
kemudian mempunyai anak yang bernama :
1. RAHIM
2. MARIDIN
dan beliau ini ganti gelar nama RADIN LIJU, setelah lama dari itu
beliau kawin lagi dari perempuan BUMI WARAS dan beranak
seorang laki-!aki yang bernama MATAHIR. Maka Radin Liju
berganti gelar pula yaitu RAJA ALAM, begitulah hal keadaannya
dunia selalu berputar, berubah-ubah. Pada masa inilah Belanda
mulai memecah-belah Penggawa Lima, yang dipecah menjadi tiga
marga yang antara lain:
1. PENGGAWA LIMA ILIR
2. PENGGAWA LIMA ULU
3. PENGGAWA LIMA TENGAH.
Oleh karena Belanda selalu curiga bahwa Penggawa Lima selalu
akan berontak melawan, dan sesudah Penggawa Lima tidak bisa
bersatu kembali, maka lemahlah dan mudahlah Belanda
mematahkan kalau masih ada pemberontakan, yang akhirnya
Penggawa Lima tak mempunyai kekuatan lagi untuk memberontak
kepada Belanda.
Demikialah Raja Alam ini merasa sangat kecewa sekali
perasaanya, lalu berhenti dari memegang kekuasaan di Penggawa
Lima, besluit beliau pada tanggal 30 JUNI 1863 ……NR. 150.
SITI JISAH ( RATU DALOM )
Sepeninggal Radin Gedang yang hilang tenggelam dilaut Tikus,
beliau meninggalkan seorang anak perempuan yang bernama SITI
JISAH (RATU DALOM) masih kecil.
Dan setelah Siti Jisah menjadi dewasa, beliau ini dinikahkan
kepada salah satu raja-raja Penggawa yang Lima, yaitu saudara
yang muda dari keturunan RAJA PANGLIMA di Pekon Teba,
yang bernama RAJA SIMBANGAN RATU.
Raja Simbangan Ratu telah menjadi suami dari Ratu Dalom,
selama kedua suami-isteri berumah tangga, mempunyai 4 (empat)
orang putra yang bernama ;
1. SITI............ menjadi Ratu di Gunung Kemala
2. RADIN GEDANG
3. RADIN INTAN (RAJA SYAH ALAM) ..?..
4. HARISAH.
WAKI Gelar BATIN GEMUNTOR
Setelah Jalan gelar Raja Alam berhenti, saudaranya yang bernama
WAKI gelar GEMUNTOR BATIN menjalankan pemerintahan di
Penggawa Lima Ilir dengan bijaksananya, kemudian beliau
berganti gelar nama DALOM BANGSA RATU, beliau ada
mempunyai 2 (dua) orang anak yang bernama :
1. TANGKAS
2. TAHERUDIN
Kemudian beliau beristeri lagi dengan SAMENDA di
Menyangdang dan berputra 2 (dua) orang:
1.LANGGUK
2.AWAL
Belakangan kawin lagi dengan seorang janda dari orang yang
bernama JAMAL yang telah memupunyai 4 (empat) orang anak
yang antaranya bernama :
1. SAHIDIN
2. JAHARI
3. MOR
4. RAKIAH.
Sedang beliau ini dengan janda bekas isteri Jamal tersebut tidak
mempunyai keturunan. Yang akhirnya setelah lama sudah ia
menjalankan pemerintahan di Penggawa Lima, dan beliau telah
merasa tua, lalu beliau berhenti dari Pesirah dan digantikan oleh
RADIN GEDANG (RAJA ALAM KE VIII).
RADIN GEDANG (RAJA ALAM VIII)
Radin Gedang ke II diangkat menjadi Pesirah di Penggawa Lima
Ilir atas tunjukkan dari Residen Bengkulu, mungkin karena
Belanda‡‡‡‡ tahu kalau beliau itu menurut sejarah di Penggawa
Lima yaitu anak dari Siti Jisah dan cucu dari Radin Gedang I
,beliau ini berani, sehingga beliau terkenal dimana-mana dan
namanya disebut-sebut orang. Mulai dari beliau memerintah.
mulailah bergerak kembali membuka tanah untuk bertani, sehingga
dikala itu tidak ada satu bidang sawahpun yang tertinggal tidak
dikerjakan rakyat, beliau sangat ganasnya kalau melihat rakyatnya
berpeluk lutut saja, banyaklah karena kebiasaan rakyat berhari-hari
memancing ikan, bermain judi, menyabung ayam dan sebagainya.
Maka dizamannya beliau semua itu dikikis habis, dan semua
bergerak mengerjakan pertanian, sehingga dikampung-kampung
sepi tidak ada melihat orang terkecuali perempuan dan anak-anak
saja, beliau sendiri menjadi pelopor membuka hutan, menebang
kayu membuat kebun-kebun dan sawah, maka itu rakyat merasa
takut dan malu, sehingga semuanya giat menurut apa yang beliau
perintahkan. Maka dengan itu kemakmuran di Penggawa Lima Ilir
pertanian berlimpah-limpah, begitu segala macam hasil kebunkebun
mereka mulailah mengeluarkan hasilnya yang antara lain
seperti; kopi, lada, damar dan sebagainya. Disitu rakyat merasakan
kesenangan hidup dari macam hasil yang mereka peroleh tersebut.
Beliau tidak merasa takut dan gentar menghadapi wakil-wakil
Belanda yang ada di Krui itu. kalau ada suatu perintah yang tidak
sesuai dengan kehendak beliau itu maka tidak akan diacuhkan,
yang sehingga keadaan beliau diketahui oleh pihak atasannya,
tetapi dibiarkan atau diulur saja, bahkan beliau itu
dihormati.Sebaliknya beliau dicintai oleh rakyatnya, karena selalu
beliau memihak kepada rakyat dalam keadaan bagaimanapun.
‡‡‡‡
masa pemerintahan Francis sejak tahun 1833. dikutip dari : BENGKULU ‘TANAH HARAPAN’SELINTAS SEJARAH
BENGKULU 1908 -1941 oleh Dr. Lindayanti. M.Hum.
Setelah beliau itu merasa tua, lalu berhenti dari Pasirah dengan
besluit yang tertanggal 17 NOVEMBER 1896 NR. 3949.
Kemudian digantikan oleh saudaranya (adik) yang bernama:
RADIN INTAN (RAJA SYAH ALAM).
RADIN INTAN (RAJA SYAH ALAM)
Setelah Radin Gedang berhenti dari Pasirah, maka Raja Syah Alam
diangkat menjadi Pasirah di Penggawa Lima Ilir, disamping
perintah apa yang diperintahkan oleh Kontroleur pada beliau.
dengan tak lupa beliau ini menggerakkan terus rakyat memajukan
pertanian dalam marganya, sehingga sejak Radin Gedang sampai
kepada beliau, ini berdatangan dari mana-mana orang membeli
hasil pertanian mereka, begitu segala macam hasil perkebunan tak
kurang-kurang banyaknya. Maka tak berapa lamanya beliau ini
memerintahkan di Penggawa Lima Ilir, lalu beliau berhenti pula
dengan besluit tertanggal 1 NOVEMBER 1916……. NR. 250, lalu
diganti oleh MARSAD gelar RAJA MAS INTAN.
MARSAD Gelar RAJA MAS INTAN
Setelah Raja Mas Intan diangkat menjadi Pasirah di Penggawa
Lima Ilir, dengan besluit 1 APRIL 1927… NR. 150. Maka diwaktu
beliau ini pemerintah Belanda membuat jalan raya ke LIWAKRUI,
beliau menyumbangkan tenaga dan pikiran kepada pihak
Belanda, begitulah rakyat bertahun-tahun bergilir mengerjakan
jalan Liwa-Krui selama satu minggu pada tiap-tiap gilirannya.
Yang mana jalan itu dari jalan kuda kemudian telah menjadi jalan
raya yang baik, sehingga kendaraan telah bias lewat di jalan itu.
Setelah bertahun-tahun lamanya beliau menjadi pasirah itu lalu
beliau minta berhenti pula yang digantikan oleh AMRAN
(DALOM KEPALA RATU)/Raja Alam ke-IX…
AMRAN (DALOM KEPALA RATU) / Raja Alam IX
Beliau ini tidak begitu lama dalam menjalankan pemerintahan, lalu
berhenti karena sakit. Maka dengan takdir Allah lalu meninggal
dunia dalam usia muda.
Beliau meninggalkan seorang putra yang masih dalam asuhan
ibunya yang bernama MUHAMMAD TAUFIK gelar SULTAN
AKBAR. Yang lalu beliau digantikan oleh adiknya yang bernama
ADLAN gelar RAJA BATIN menjadi pasirah di Penggawa Lima.
ADLAN Gelar Raja Batin
Raja Batin diangkat menjadi pasirah dengan besluit tanggal 1 April
1930 NR.158. Begitulah keadaannya beliau meneruskan mengatur
rakyat bekerja membuat jalan lewat Krui bergilir-gilir, disamping
itu perintah memungut belesting yang disetorkan kepada
pemerintah (Belanda). Beliau itu tidak begitu lama
memerintah.Beliau mendapat sakit dan telah dua kali diangkat ke
Jawa untuk berobat. Karena sakit beliau itu berat,kemudian beliau
meminta berhenti pula dan digantikan oleh Baharin gelar Radin
Jaksa.
BAHARIN Gelar Radin Jaksa
Baharin gelar Radin Jaksa diangkat menjadi pasirah dengan besluit
tanggal 27 Oktober 1931 Nr.420. pekerjaan beliau sama saja
sebagaimana biasa dijalankan oleh pasirah yang lalu. Beliaupun
pernah menggerakkan rakyat bertani membuka hutan dan membuat
kebun, disamping itu beliau memperkuat pula bahwa sawah-sawah
diharuskan `DIKERJAKAN` dan tidak boleh ada yang tertinggal.
maka beliau ini berganti gelar RAJA SIMBANGAN.Beliau
bekerja menurut belasting, dari pihak rakyat dan kemudian
disetorkan pada pihak atasannya, beliau ini agak lama juga
memegang Penggawa Lima Ilir sebagai Pasirah, dan kemudian
beliau berhenti pula yang lalu digantikan kepada HASPIAN gelar
RADIN DAWAN.
HASPIAN Gelar RADIN DAWAN
Demikianlah Haspian gelar Radin Dawan diangkat menjadi
Pasirah di Penggawa Lima Ilir dengan besluit tanggal 24
FEBRUARI 1939 Nr. 20. Semenjak itu beliau telah menjadi
Pasirah di Penggawa Lima Ilir yang telah mendengar kabar bahwa
akan terjadi perang dunia ke II, maka sejak itu pula Pemerintah
Hindia Belanda mulai mengatur siasatnya dimana-mana ada
wakilnya, umpama kontroleur setempat harus membujuk dan
mendekatkan diri hubungan dengan pasirah-pasirah pada setiap
marga, karena pasirah-pasirahlah yang mempunyai marga dan
rakyat, mereka punya takut kalau-kalau akan terjadi penghianatan
terhadap kerajaan(Belanda) kalau terjadi perang Dunia yang ke II.
Begitulah pada pertengahan tahun 1941, yang mana isi dari suratsurat
kabar harian sudah panas, karena perjalanan BARON
KOROSU (pemimpin Jepang?) pergi ke Washington untuk
menemui Pemerintahan Amerika akan membicarakan embargo
yang terkenal itu, maka disitu telah terbayang pasti akan gagal,
maka oleh karena itu pemerintah Belanda mulai goncang,
disebabkan akan terjadi perang dunia ke II, yaitu kerajaan Jerman,
Jepang dan Itali disatu pihak, dan Amerika, Inggris, Tiongkok dan
Belanda dilain pihak, maka pada akhirnya tahun 1939 meletuslah
perang Dunia yang ke II itu, sampai pada tahun 1945.
Pada tanggal 8 Desember 1941 pulau Hawai di bom oleh Jepang
dan kemudian disusul negeri Belanda, yang diwakili oleh GG
TJARDA VAN STERKENBORG STACHOWER, ketika itu
kelihatan semua orang pucat, gugup, panik tidak tahu apa yang
mereka akan kerjakan, maklumlah sesuatu yang belum pernah
mereka rasai seumur hidup, maka semua rakyat akan mengungsi
masuk hutan, sebab masing-masing tempatnya merasa tidak aman,
sebagai juga ibu ingin kembali menjadi anak, dan anak ingin
kembali kepada ibu. Orang kampung menyingkir ke kebun-kebun
yang dikebun menyingkir ke hutan-hutan, yang telah dihutan
menyingkir yang lebih jauh lagi, semuanya itu di kota. Kepalakepala
kantor, pasirah-pasirah. kepala-kepala kampung
diperintahkan yang ganjil-ganjil membuat L B D. Begitu pula
kalau ada mendengar suara kapal udara, walaupun tengah malam
buta hendaklah lari masuk lobang perlindungan, sambil menggigit
sepotong karet dan telinga harus disumbat dengan kapas, dan kalau
ada bom harus menjatuhkan diri ke tanah sambil menelungkup,
maka pasti ditiap-tiap rumah ada satu lobang perlindungan.
Lebih hebat lagi setelah Jepang mengumumkan perang dengan
Belanda, diwaktu itu tak ada tempat kita meminta akal, semua
orang ditimpa kesusahan sendiri-sendiri, tetangga-tetangga sebelah
menyebelah banyak hilang menyingkir dengan tidak memberi tahu,
maka setelah berapa lama terlepaslah zaman panik itu setelah
bulan MEI 1940 Negeri Belanda jatuh ketangan Jerman, controleur
Krui yang bernama MOLLEMA mengadakan pertemuan
dikantornya, dia berpidato menerangkan bahwa Jepanq telah
membom pelabuhan mutiara (PULAU HAWAI), negara sekutu
berdiri menentang Jepang, Jerman dan Italy sampai saat terakhir,
Nederlandeshe Indie akan mempertahankan kemerdekaannya
bekerja sama dengan sekutu-sekutunya, menghancurkan musuhmusuh
sampai kalah menyerah dan keadaan aman kembali.
Tentara kerajaan (Belanda)cukup kuat, angkatan laut, angkatan
daratnya dan angkatan udaranya maka hendaklah seluruh rakyat
negeri menjaga keamanan dan bersatu padu berdiri teguh
dibelakang dan setia kepada RATU WIHELLMINA, serta
mempertahankan bendera tiga warna, demikianlah pidatonya.
Dalam pada itu radio Tokyo senantiasa menyiarkan propagandanya
setiap malam, bahwa Jepang akan datang memerdekakan Indonesia
dan penjajahan, kalau dia datang hendaklah disambut dengan baik
sebagai menyambut saudara sendiri dan hendaklah menyediakan
dua buah bendera yaitu HINO MARU dan MERAH PUTIH, maka
bertambah dekat Jepang akan masuk, bertambah gelisahlah rakyat,
begitu pula bertambah kentara kebencian orang kepada Belanda,
lebih-lebih setelah Singapura diduduki oleh Jepang.
Maka begitu pula radio Belanda. menyiarkan segala macam
kekejaman Jepang tetapi propaganda Jepang lebih termakan oleh
rakyat, dan radio Tokyo terus didengarkan oleh rakyat, sekalipun
diadakan larangan keras mendengarkan radio Tokyo, memang
hebat sekali sistim yang dipakai Jepang, dimana-mana orang
berbisik-bisik mengatakan kekuatannya bangsa Jepang, dan
keganasannya terhadap bangsa sekutu, mereka berhati sangat baik
sekali terhadap bangsa Indonesia. Maka pada tanggal bulan Maret
1942, adalah dari penghabisan napas Belanda di Krui, dari
kemegahan bangsa Belanda, bangsa Belanda yang ada di Krui,
semua sembunyi, lari, serta semua senjata dibuang kelaut, mereka
jatuh bangun tak tahu dimana mereka sembunyi dan yang mondarmandir
hanya polisi saja, begitulah keadaannya di Krui, kemudian
terkabar ada satu kapal perang pecah kena bom Jepang di laut
ujung Belimbing, maka semua isi kapal bangsa Belahda sebagian
besar mati dilaut dan hanya sedikit yang dapat menyelamatkan diri,
mereka dapat menyelamatkan diri ke Belimbing, dan setelah
mereka mendarat disitu ada polisi yang menjaga dan kemudian
dibawa/diantarkan ke pasar Krui dan setelah mereka sampai di
Krui disediakan mereka tempat pesanggrahan di Krui, mereka itu
ada lebih kurang antar tiga puluh atau empat puluh laki-laki dan
perempuan, banyak diantaranya yang luka-luka cerai berai ada
yang patah pahanya dan sebagainya.
Keesokan harinya datanglah truk-truk Jepang yang begitu
banyaknya, berisi penuh dengan tentara-tentara Jepang, mereka
berlompatan dengan senjatanya dari mobil-mobil, dengan
mengacungkan senjatanya terhadap bangsa Belanda yang telah
berbaris didepan pesanggrahan itu, disitu disuruh oleh Jepang
menghitung sendiri-sendiri berapa jumlahnya dan kemudian semua
barang-barang dan serta uang semua Belanda-Belanda itu diangkut
kedalam truk-truk itu dan dibawa langsung ke Palembang.
Kemudian dari pada itu mulailah Jepang-Jepang itu mulai mengalir
masuk ke Krui, memenuhi dari ujung Belimbing sampai Pegung
Lemon terus ke balik bukit yang semua dipenuhi oleh tentara
Jepang, setelah mereka berada di Krui, makin hari makin terasa
oleh rakyatyang mulanya samar-samar yang akhirnya jelas,
terutama karena semua perkumpulan di bubarkan dan tidak
dibolehkan ada satupun perkumpulan yang ada.
Setelah satu bulan tentara Jepang berada di Krui, tibalah saat ujian
jiwa bagi rakyat, yaitu pada bulan April 1942 hari lahirnya Teno
Haika, semua rakyat di Krui diperintahkan mesti datang berkumpul
ketanah lapang ,tidak boleh ada yang tinggal terkecuali anak-anak
dan perempuan-perempuan saja, hari lahirnya Tenno Haika adalah
raja atau maharaja di negeri Nippon yang menguasai seluruh asia
TimurRaya. Semua mesti KIREI, yaitu sembahyang menghadap
matahari, katanya Nipon Indonesia sama-sama, Nipon adalah
saudara tua, maka makin hari makin terasa keganasan Jepang,
mereka kejam terhadap rakyat, dan apabila berjumpa tidak
menghormat mereka, lalu ditampar, ditendang dan kadang-kadang
mereka buat sampai lumpuh, mereka tak kenal akan kemanusiaan,
mereka kejam menindas dan memeras serta memaksa sekalian
rakyat mesti bekerja setiap hari pada tentara Jepang, sehingga
mulai saat itu tanah-tanah dan sawah, kebun-kebun mereka tak
dapat lagi diusahakan oleh rakyat, semuanya tak lepas dari bekerja
dari bagi sampai sorenya, mereka membuat lobang-lobang
peralatan tentara Jepang disamping rakyat ditekan mesti bekerja.
Selain itu padi-padi yang tersimpan dilumbung-lumbung habis
diangkuti tentara Jepang, yang kemudian rakyat mulai kekurangan
makan dan mulailah terjadi kelaparan, sehingga rakyat memakan
jagung, ubi, kacang dan lain-lain sebagainya, sehingga apa yang
mereka jumpai itu yang dimakan karena kelaparan, disitu tak dapat
lagi tolong-menolong, karena semua makanan habis.
Semua rakyat dipaksakan kerja menggali tanah, membuat lobanglobang
parit yang sekian jauhnya, semua lobang-lobang yang
dibuat itu mesti memakai kayu-kayu balok yang bagus dan kuat.
Begitulah keadaan di zaman Jepang berkuasa, yang menjadi
sasaran utama Pasirah-pasirah dan Kepala-kepaia Kampung,
karena Wedana, asisten Wedana dapat mereka menyingkir,
semuanya ditolakkan pada Pasirah-pasirah, Kepala-kepaia
Kampung, maka Pasirah dan Kepala Kampunglah yang terancam
oleh Jepang, karena segala apa saja yang mereka perlukan, kepada
para Pasirah, Kepala Kampunglah tempat mereka berhubungan dan
kepada pihak lain mereka tak mau tahu. Segala apa yang mereka
minta tak boleh dilalaikan, apalagi tidak dipenuhi. Dari segaia
urusan yang kecil-kecil sampai urusan yang besar-besar
kesemuanya atas pertanggungan jawab pasirah-pasirah kepala
kampunglah, umpama kalau ada rakyat yang sedang dijalanan
mereka bertemu kepada Jepang, mereka tidak membungkuk untuk
memberi hormat, lalu dipukul dan dibawa kepada pasirah, dan
pasirahlah yang dimarahi, karena perbuatan rakyatnya dan keadaan
di Krui beberapa banyak BUTAI-BUTAI (KOMPI) tiap-tiap butai
itu masing-masing kemauan dan permintaan mereka kepada
pasirah, semua kemauan dan apa yang diminta tak boleh dibantah
atau bertangguh, semuanya mesti dilaksanakan, mereka itu tidak
kenal sama sekali kasihan dan pertimbangan,. Yang mereka minta
itu antaranya orang-orang kuli kerja yang diperuntukan untuk
menggali tanah, membuat lobang-lobang dan sebagainya, maka
masing-masing butai berdatangan pada pasirah kepala kampung
ada yang minta kuli kerja yang jumlahnya sudah ditentukan
banyaknya, untuk tiap-tiap harinya, ada pula yang minta sapi,
berikut gerobaknya, ada yang minta orang-orang tukang kayu,
berkerja setiap hari dengan jumlah yang sudah ditentukan, ada
yang minta orang-orang tukang batu, yang setiap hari dengan
jumlah yang sudah ditentukan dan ada yang minta kayu-kayu
balok yang kuat-kuat sebegitu banyaknya setiap hari, dan
banyaklah bermacam-macam keperluan mereka yang diminta.
Kesemuanya itu tak dapat dikurangi atau ditangguhkan, menurut
kemauan mereka itu yang telah ditetapkan, maka oleh karena itu
pasirah kepala kampung dengan stafnya tak dapat mengatakan
lelah bekerja, lalu pasirah kepala Kampunglah yang ancam oleh
Jepang, maklumlah zaman perang, maka oleh karena itu
bermalam-malam mereka itu tak dapat tidur dirumah, rakyat
bekerja berat menggali-gali tanah, membuat lobang-iobang,
membuat parit-parit yang begitu dalam dan panjangnya.
Sedang makanan mereka tak sampai mengenyangkan, maka tak
heran diantaranya banyak yang sakit, dan ada yang lari nekat,
mereka masuk hutan karena kepayahan bekerja, diantaranya
adapula karena melihat anak istrinya lemah dan lesu, karena tidak
makan dan karenanya itu ia nekat tidak mau bekerja dan kalau
dipaksa-paksa tentu akan timbul pertumpahan darah antara pasirah
kepala kampung dengan mereka itu.
Pada hal para Jepang tidak mau tahu alasan apa saja mereka tidak
mau terima, melainkan orang-orang harus cukup tiap harinya, dan
jika ada satu orang yang tak datang bekerja pada hari itu, maka
pasirah kampunglah yang diancam dengan ujung bayonetnya,
begitulah semasa Jepang masih berkuasa, Pasirah kepala kampung
pada masa itu seolah-olah berdiri dipinggir jurang, yang sangat
dalam dan diatas ada gunung yang tinggi, kalau melihat keatas,
seakan akan gunung akan menimpanya dan bila melihat
kebawah???, begitulah perasaan hati pasirah kepala kampung di
masa itu yang tidak bisa digambarkan kecemasan dan penderitaan
setiap saat terbayang selalu hampir tiba kalau tidak dari pihak
Jepang, tentu dari pihak rakyatnya .
Lebih-lebih setelah Jepang memaksa orang-orang kuli BPP.
(Romusha), perintah paksa mesti dilaksanakan, orang-orang mesti
ada dengan jumlah ditentukan, dan kalau cukup jumlahnya, ancam
akan berlaku, padahal sebalikanya pihak rakyat tahu apabila
mereka di ke BPP (romusha) itu sudah terbayang dihati mereka
sudah pasti akan mati disana, maka mereka menyingkir sembunyi
ditempat yang jauh, dan kalau dapat mereka itu merasa lebih nekat,
dari pada mati dirantau (BPP) tidak dilihat anak istrinya, lebih baik
nekat mati dirumah sendiri didepan anak dan istrinya, maka jika
diturutkan perintah Jepang akan berlawan dengan tekad rakyat,
diturutkan kemauan rakyat, bayonet Jepang telah menunggu.
Pernah pada suatu malam seorang Suncho(sodancho??) dengan
kawannya pulang dari pasar Krui menemui pasirah malam hari jam
4 parak siang, menanyakan hal kuli-kuli yang akan berkerja
padanya, padahal masih malam, Suncho tersebut bukan kepalang
marahnya, lalu mencabut pedang samurainya akan dipenggalnya
tetapi untung kedua temannya cepat menangkap pedangnya itu dari
tangan Suncho itu, selain itu pernah dua orang Tentara Jepang
membawa pasirah ke pasar Krui karena dipanggil oleh Kempetai,
setelah sampai ditempat kempetai itu, nampak olehnya seorang
kepala kampung seorang disiksa oleh Kempetai sehingga
berlumuran darah diseluruh tubuhnya, kemudian ditanya oleh
Kempetai itu padanya (pasirah) betulkah ini diizinkan membawa
beras sebanyak 15 kilogram kerumahnya ? maka dijawab, tidak !
Kemudian diiemparkan kepala kampung dalam keadaan tidak
sadar, begitulah kekejaman Jepang dikala itu.
Semua ramuan rumah rakyat yang tersimpan habislah semua
diambil dan karena tak ada lagi kayu-kayu yang untuk ramuan
rumah, maka kayu-kayu tanaman rakyat seperti pohon-pohon
damar, duren, rambutan semuanya ditebang untuk membuat
pertahanan lobang-lobang yang dibuat itu, begitulah semua orang
bekerja setiap hari, selain itu perempuan-perempuan dan anakanakpun
tidak luput disuruh bekerja untuk kepentingan mereka.
Maka sesudah itu mulailah pula disuruh mengumpulkan pemudapemuda
untuk dijadikan HEIHO, GIJUKUN (PETA), Polisi dan
BAGODAN, mereka itu untuk menjadi pembantu tentara Jepang,
maka kalau siapa yang tidak mau, ditangkap, disuruh angkut ke
BPP (romusha) dibawa ke daerah Palembang disuruh kerja paksa
siang malam hanya dikasih makan jagung atau kacang yang hanya
sekedar untuk hidup, dan minuman mereka air yang dicampur
minyak ,ditempat mereka itu (BPP) disebarkan binatang tuma,
begitu memenuhi tempat sehingga mereka itu siang dan malam tak
lepas dari menggaruk, dimana kesemuanya tubuh mereka itu telah
kurus-kurus dan tak ada seorang juapun yang terlepas dari gigitan
tuma, dan disitu diadakan oleh Jepang seorang Dokter katanya
untuk menjaga kesehatan rakyat, tetapi nyatanya siapa yang teiah
disuntiknya tak ada yang baik, malahan orang itu cepat perginya ke
alam kubur, oleh karena sekian banyaknya orang yang mati, kena
suntik, maka orang-orang yang betul-betul sakit tak mau
membilangkan dia sakit, maka siapa yang pergi ke BPP jarang
sekali pulang, sebagian besar mereka itu mati disitu, tetapi ada pula
yang panjang umurnya ternyata mereka itu adalah menjadi kurus
kering, tinggal tulang dibalut kulit dan semua tubuhnya penuh
koreng gigitan tuma, mereka kuli BPP itu bekerja selama 3 bulan
atau 6 bulan bahkan ada yang bertahun-tahun kalau badannya agak
utuh kelihatannya.
Oleh karena itu seluruh rakyat baik tua maupun muda tidak ada
yang tidak membenci kepada Jepang dan mereka muak kepada
Jepang karena kesengsaraan dan kelaparan merajalela, terutama
segala sumber penghidupan rakyat diambil Jepang. Dan tak dapat
berusaha lagi bekerja lagi selain kerja kuli pada mereka pada setiap
harinya dan kalau ada yang di tuduh anti Jepang, maka hilang saja
mereka itu entah kemana perginya, oleh karena kekejaman dan
keganasan tentara Jepang telah berlebih-lebihan dari
perikemanusiaan, maka dengan takdir Allah pada tahun 1944
mulailah matahari Jepang condong turun, mulailah bunga
sakuranya berangsur-angsur rontok serangan sekutu telah bertubitubi,
beberapa pulau telah dikuasainya, Jepang mulai membangkitbangkit
jibakutainya. dan membangkit bangkit kamikazenya ,dan
Jepang menjadi kecut pula setelah mendengar negara Turki
memihak kepada negara sekutu.
Maka pada tanggal 12 Agustus 1945 angkatan udara Amerika
menjatuhkan bom atom di Hirosima kemudian di Nagasaki dan
pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kalah dengan tak
bersyarat. Semua tentara Jepang suram, pucat dan lesu, kelihatan
semuanya seperti orang gila layaknya, dengan tak menghiraukan
rakyat lagi, tetapi kekalahan mereka tetap dirahasiakan, dan ketika
rakyat sudah mengetahu bahwa Jepang telah kalah perang
melawan sekutu maka tidak sedikit yang menaruh dendam, maka
mereka mulai membalaskan dendam sakit hatinya terhadap Jepang,
dimana saja mereka bertemu dengan tentara Jepang maka mereka
dihajar dan dirampas senjatanya. Kemudiah terjadilah berturutturut
perampasan senjata terhadap Jepang.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Pemimpin Bangsa Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia keseluruh dunia, maka
setelah itu beralih pulalah keadaannya ialah zaman fitrah, zaman
revolusi dimana-mana seluruh rakyai tua dan muda masing-masing
tak tentu haluannya, mereka menganggap dirinya seolah-olah
tentara yang mempertahankan tanah airnya, masing-masing
berusaha mencari dan memegang senjata dan yang bambu runcing,
ada yang pedang, keris dan sebagainya pada tiap-tiap kampung
ditunjuk siapa yang dulu yang telah dilatih Jepang ialah Heiho,
Gijugun dan lain-lain mereka itulah yang ditunjuk menjadi pelatih
atau memimpin mereka dikala itu, kesemuanya bertekad bulat akan
mempertahankan negerinya dari serangan Jepang atau lainnya
setelah itu terkabar pula Belanda berkedok NICA datang ke
Indonesia, dengan maksud akan kembali menjajah Indonesia ini.
Maka rakyat bersatu padu membuat penjagaan-penjagaan dimanamana
telah diatur, dipertahankan yang diatur oleh pimpinan
mereka yaitu BKR.
Belakang dari itu BKR dirobah menjadi TKR, kemudian
terdengarlah kabar bahwa NICA itu telah berada di Palembang
kemudian telah disebar ke Baturaja dimasa itu banyaklah TKR di
Krui banyak pergi kemedan tempur dimana tempat NICA berada,
begitu pula di Krui jalan-jalan diputus dan kayu-kayunya ditebang
untuk merintangi jalan kalau ada kendaraan Belanda datang,
jembatan-jembatan, gedung-gedung sekolah semuanya dibakar.
Begitulah TKR membangun serta mengatur segala apa yang
dianggap perlu dan diperkuat, sebaliknya banyak pula huru-hara
dikalangan rakyat ada yang mengganggu antara yang satu dengan
yang lainnya, karena dulu orang itu bekerja pada Belanda dan ada
yang bekerja pada Jepang mereka dianggap sebagai musuh
mereka, padahal mereka bersama-sama mempertahankan
negaranya dan siapa yang memakai kain atau baju tetapi kelir kain
itu ada merah putih biru maka orang itu ditangkap dan diancam,
diantaranya itu ada pula yang berkeyakinan bahwa Belanda pasti
akan kembali menjajah di Indonesia ini, maka banyaklah kejadian
bersimpang siur, kesalah-fahaman . Tetapi di Krui sampai akhirnya
tak pernah Belanda menjejakkan kakinya di bumi Krui, sedangkan
kapal perang yang besar-besar kepunyaan Belanda berulang-ulang
datang ke pelabuhan Krui, tetapi tak pernah turun dari kapal
mereka itu.
Begitulah setelah Gijugun dan Heiho di zaman Jepang ditunjuk
rakyat sebagai pemimpin. mereka sedang sibuk dalam bermacammacam
ragam pendapat, dan pikiran sehingga sering pula mereka
itu menyalah-gunakannya, maklumlah terutarra diberi hak
memegang senjata mereka itu bekas dilatih Jepang mereka melihat
bagaimana Jepang melakukan kebengisan dan kekejamannya,
maka diantarnya ada yang meniru pula seoah-olah dia sebagai
Jepang atau seorang Kempetai, mereka melakukan tindakan
kekejaman terhadap rakyatnya sendiri, mereka lupa bahwa
Indonesia telah merdeka.
Begitulah diwaktu itu karena belum memahami benar, maka di
Krui penuh pula TKR-TKR yang dikepalai oleh Pak DAM salah
seorang dari anak buahnya itu nama SYARIF dan kawankawannya
seringkali bertindak bengis dan kejam terhadap rakyat
dan terhadap pesirah kepala kampung, terutama dimasa itu bangsa
kita belum begitu banyak mempunyai senjata, dan terkabar pula
bahwa di dalam lobang-lobang pertahanan Jepang yang dihutanhutan
itu banyaklah senjata-senjata yang dipendam oleh Jepang,
maka oleh karena itu semua lobang-lobang yang dibuat oleh
Jepang dulu habis dibongkar, semua orang dimustikan bekerja
menggali tanah-tanah itu sehingga kembali sebagaimana Jepang
duiu. mereka disuruh menggali mencari-cari senjata-senjata itu.
Rakyat bekerja setiap hari tak henti-hentinya semalah senasib
sebagaimana di zaman Jepang dulu, begitu pula pasirah dan kepala
kampung sama pula nasibnya sebagaimana menghadapi tentara
Jepang dimasa lalu, mereka diancam dengan senjata disitu sering
timbul bentrokan antara TKR dan pasirah kepala kampung, pernah
terjadi salah seorang anak buah Pak Dani bernama Syarif dengan
kawannya, disebabkan orang tidak cukup yang bekerja, lalu datang
kepada salah seorang kepala kampung, Ialu akan menembak
kakinya, Ialu kepala kampung itu menangkap senapannya
(bedilnya) Ialu mereka bergulat, tetapi untungnya beberapa orang
melerainya, kalau tidak tentu akan menjadi korban dari salah
satunya. Hal yang semacam ini bukan sekali itu saja terjadi,
bahkan ada yang lebih dari itu, begitulah rakyat terus menerus
bekerja menurutkan perintah dari TKR-TKR itu tetapi yang sampai
akhirnya satupun senjata itu tak ada yang ketemu, pernah pula
terjadi seorang anggota CPM di Krui yang bernama BASRI, dihari
itu mengutus dua orang anak buahnya memanggil pasirah datang
ke kantor CPM, nama Basri itu meminta dua buah mesin tik, yang
tidak dapat dipenuhi oleh pasirah tersebut, maka dia dipanggil ke
kantor, dan disitu pasirah diancam dan digertak serta dimaki-maki,
mengapa kalau Kempetai yang menyuruh kamu mau, seorang
sekarang kami perintahkan tidak dipenuhi?
Demikianlah lakunya karena dalam belum pengertian dikala itu.
Lebih kurang dari tiga hari, lewat pula seorang bernama Murni dari
Laay yang membawa sebuah sepeda, lalu dirampas oleh Basri
kepala CPM itu, maka Murni tidak melepaskan sepedanya Ialu
Murni ditembak, tetapi tidak mati, hanya lukanya yang diobati.
Begitulah kejadiannya bermacam-macam huru-hara dikalangan
rakyat tetapi setelah lama berangsur baik dan telah dapat
memahami asas dan tujuan daripada kemerdekaan Indonesia itu.
Demikianlah atas sesuatu itu akan mengalami perubahan maka
pada suatu ketika beliau (Radin Dawan) mengumpulkan seluruh
anggota marganya yaitu:
1. A.TABERAN ,Depatimangku Marga Panggawa Lima Ilir,
2. RAMSAN ,Demangkumarga Penggawa Lima Ilir,
3. RAMLI ,Purwatin Banjar Nagari,
4. SAHBUDIN ,Purwatin Bumi Waras
5. ASRAN ,Purwatin Fajar Bulan,
6. BURLIAN ,Purwatin Sandaran Agung,
7. JAPILUS ,Purwatin Suka Bumi,
8. JAKKUP
9. TAMBERAN SALEH,Kepala Kantor Marga.
Dan juga mengangkat 12 orang pemangku-pemangkunya yang
antara lain yaitu:
1.TAMINI 2.TAMINI .B 3. BUSTAN
4. BAHAKIM 5. BAHI 6.AHJAN
7. USMAN HIJI 8. SABERAI M. 9. KAYUM
10. SAID DY. 11.MATAMIN 12.MURSI
Kesemuanya itu telah berkumpul, disitu beliau mengabarkan
bahwa maksudnya akan pindah membawa anak-anaknya ke
JAKARTA, dan pula beliau menunjuk sebagai akan gantinya ialah
pada A. TABERAN, DEPATIMANGKU yang akan dijadikan
Pasirah di Penggawa Lima Ilir.
Maka setelah tahun 1952, keadaan rakyat telah aman dan roda
pemerintahan telah berjalan lancar, maka akhirnya tahun 1952
beliau itu memasukkan surat permohonan berhenti, maka setelah
surat permohonannya itu telah diterima, lalu berangkatlah
HASPIAN gelar Radin Dawan meninggalkan marga Penggawa
Lima Ilir, menuju ke pulau Jawa ( Jakarta ), maka disitu ia masuk
bekerja sebagai pegawai salah satu Departemen (Keuangan),
terhitung mulai tanggal 1 September 1952. Begitu pula setelah
beliau meninggalkan marganya. lalu jabatan pasirah digantikan
oleh A. TABERAN gelar RADIN PERBASA.
A. TABERAN GELAR RADIN PERBASA
Setelah A. Taberan gelar Radin Perbasa diangkat sebagai wakil
Pasirah di Marga Penggawa Lima Ilir, maka mulailah beliau
menunjukkan kecakapannya bekerja, dan dapatlah tugas yang
dibebankan kepadanya itu berjalan baik, begitu pula terhadap
rakyat beliau dapat pula mempersatukan dirinya, sehingga dapat
mencapai keamanan dalam marganya, beberapa lamanya beliau ini
menjalankan pekerjaan sebagai Pasirah, lalu beliau mohon berhenti
pula, lalu digilirkan pada saudaranya yang bernama : M U R N I.
M U R N I
Setelah Murni diangkat menjadi Pasirah, dimarga Penggawa Lima
Ilir, maka mulai pula beliau menjalankan tugasnya mengatur
rakyat terutama memajukan pertanian dan sebagainya, beliau ini
baru datang dari rantau yang mana telah berpuluh-puluh tahun
beliau tak pernah pulang ke Penggawa Lima Ilir. Maka beliau telah
menyumbangkan tenaga dan pikirannya terhadap pemerintah
Republik Indonesia, kemudian terjadilah pula perubahan marga
marga di Keresidenan Lampung, yang mana peraturan itu
menggabungkan beberapa marga menjadi satu, yang di namakan
NEGARI.
Lalu diadakanlah oleh pemerintah pemilihan Kepala Negari,
dengar memungut suara rakyat yang terbanyak, setelah diadakan
pemilihan . pemungutan, maka sdr. C H O T W A yang terpilih,
beliau mendapat suara rakyat yang terbanyak, kemudian beliau ini
dilantik dan mulai menjalankan tugasnya memerintah Negari
pesisir selatan, kemudian mulai diberhentikan dengan hormat dari
jabatan pasirah di Penggawa Lima Ilir.
Demikianlah sejarah keturunan Raja Alam, sebagai pahlawan
turun-temurun sudah semestinya menemui bermacam-macam
kesulitan karena adalah suatu hal yang tidal dapat dibenarkan oleh
Pemerintah Hindia Belanda, jika menyebut-nyebut dan
membangkit-bangkit kemudian nama pahlawan-pahlawan seperti
Raja Alam.
Sejarah keturunan ini dapat diketahui padahal mengingat umurnya
cerita itu sudah sedemikian lamanya dan tidak dapat tertulis diatas
kertas, melainkan hanya tinggal dalam ingatan dari orang-orang
tua dan dari keturunannya diceritakan dari mulut - kemulut, dari
moyang kepada nenek, dari nenek kepada ibu, dari ibu kepada
anak, dan dari anak kepada cucu dan seterusnya. Maka sudah
barang tentu sukar sekali dapat disusun secara baik dan lengkap,
selanjutnya dimaklumkan bahwa apa yang tercantum diatas ini,
sedikit banyaknya saya dapat petik dan saya dapat dari TAMBOTAMBO
dan dari ahli-ahli sejarah di Penggawa Lima, yaitu :
1. Radin Gedang (Raja Alam ke VIII)
2. Raja Mas Intan dan dari orang-orang tua yang masih ingat
dari keturunannya Raja Alam.
Tentang kebenaran dalam cerita ini terserahlah kepada yang
membacanya.
disusun oleh : HASPIAN KADIR Gelar RADIN DAWAN